Sejak kecil hingga beranjak dewasa Rasulullah Saw.
bekerja mencari nafkah dengan menggembalakan
kambing milik orang Makkah. Beliau pergi menggembala
bersama saudara sesusuannya. Beliau juga pernah
menggembalakan domba milik Bani Asad. Selanjutnya,
beliau bekerja kepada penduduk Makkah dengan gaji
tetap. Rasulullah Saw. kerap menggembalakan kambing-kambing itu hingga jauh di luar Kota Makkah.
Tentang pekerjaannya ini Rasulullah pernah berujar,
“Tak seorang pun di antara para nabi yang tidak
menggembalakan domba.”
Seorang sahabat bertanya, “Dan engkau juga, wahai
Rasulullah?”
“Ya, aku juga.”
Ketika usia Rasulullah Saw. beranjak dewasa, beliau
mencari nafkah dengan berdagang, atau mengelola
barang dagangan orang lain. Karena keahliannya itulah
beliau dipercaya oleh salah satu saudagar Makkah,
Sayyidah Khadijah binti Khuwailid, untuk mengelola
perdagangannya. Khadijah adalah saudagar kaya yang
disegani, yang sering mempekerjakan para pemuda
Makkah untuk mengelola usahanya. Saat mendengar
keuletan, kejujuran, dan keluhuran akhlak Rasulullah,
Khadijah memanggilnya, dan menyuruhnya untuk
membawa barang dagangannya ke Negeri Syam (Suriah).
Khadijah memercayakan barang dagangan dalam
jumlah yang banyak kepada pemuda Muhammad.
Untuk menemani Muhammad dalam perjalanan niaga
itu Khadijah memerintahkan salah seorang budaknya
yang bernama Maisarah. Keduanya berangkat menuju
Syam untuk berdagang. Muhammad menjalankan
kepercayaan itu dengan sungguh-sungguh. Ia kerahkan
segala kecakapannya berdagang disertai perilakunya yang
jujur dan ramah. Maka, tidak mengherankan jika dalam
perjalanan dagangnya itu Muhammad dan Maisarah
mendapatkan keuntungan yang berlipat-lipat lebih besar
dibanding modal yang dipercayakan Khadijah.
Dikisahkan bahwa ketika kaum Quraisy, yang bersekutu
dengan kaum Yahudi, dan beberapa kabilah Arab lain
berangkat untuk menyerang Madinah, Rasulullah Saw.
menyuruh para sahabat untuk menggali parit, atas usul
Salman Al-Farisi. Semua kaum Muslim bekerja keras
menggali parit sebagai strategi pertahanan menghadapi
serangan kaum Quraisy dan sekutunya. Tidak ada seorang
pun yang santai dan berleha-leha. Semua orang turun
tangan menggali, termasuk Rasulullah sendiri. Beliau
tidak hanya memerintah dan mengawasi. Beliau juga
turun langsung ikut menggali bersama kaum Muslim.
Beliau mengangkut tanah juga bebatuan sambil
menyembunyikan rasa laparnya. Beliau menyenandungkan syair berikut ini:
Tiada daya jika bukan karena-Mu
Kami takkan mendapatkan petunjuk
Takkan bersedekah dan takkan shalat
Berikan ketenangan dalam hati kami
Kukuhkan kaki kami saat hadapi mereka
Kaum musyrik telah berbuat melampaui batas
Jika mereka meniupkan fitnah, kami menepisnya.
Rasulullah Saw. sejak kecil dikenal sebagai pekerja yang
tekun dan jujur, sehingga orang-orang Makkah menyukai
dan memercayainya. Beliau juga tidak segan membantu
dan berkorban demi orang lain. Bahkan, setelah diangkat
sebagai Rasulullah dan menjadi pemimpin Madinah,
beliau tidak segan atau malu bekerja keras dengan
tangannya sendiri untuk membantu orang lain. Misalnya,
beliau pernah bekerja mengumpulkan harta untuk
membantu penebusan seorang budak dari majikannya.
Budak itu adalah Salman Al-Farisi, salah seorang
sahabat besar yang dikenal dengan kecerdikan dan
kegigihannya berjuang menegakkan kebenaran. Ia berasal
dari tanah Persia. Didorong keinginan untuk mencari
jalan yang benar dan lurus, ia tinggalkan tanah kelahiran
hingga tiba di tanah Arab sebagai budak.
Salman menceritakan perjumpaannya dengan
Rasulullah yang kemudian menyuruhnya untuk berusaha
membebaskan diri dari majikannya yang beragama
Yahudi. Rasulullah Saw. berkata kepadanya, “Tebuslah
dirimu, hai Salman!”
Salman berusaha menebus kemerdekaannya dengan
mengumpulkan upahnya dari mengurus kebun kurma.
Ia bisa mengumpulkan 300 butir kurma yang disimpan
dalam beberapa wadah berukiran indah, ditambah uang
sebanyak 40 uqiyah. Rasulullah Saw. berkata kepadanya,
“Pergilah, dan tebuslah kebebasanmu!”
Maka, Salman menemui majikannya dan
menyampaikan maksudnya. Ia memberikan semua
wadah berisi kurma itu kepadanya, dan majikannya
menyimpan wadah itu. Dari urusan makanan pokok,
utang Salman sudah lunas. Namun, uang sejumlah 40
uqiyah itu belum bisa menebus kemerdekaannya. Salman
menemui Rasulullah dan mengadukan masalahnya.
Kemudian Rasulullah Saw. memberikan emas berbentuk
telur dan menyerahkannya kepada Salman, “Ambil ini,
dan lunasi tebusanmu!” perintah Rasulullah. Salman
menerima benda itu dan menimbangnya kepada
seorang tukang emas yang mengatakan bahwa emas itu
berharga 40 uqiyah. Jumlah itu cukup untuk menebus
kemerdekaannya. Maka, Salman bergegas menemui
majikannya dan menyerahkan semua uang itu sebagai
harga penebusan dirinya. Akhirnya, Salman, seorang
Muslim asal Persia, keluar dari rumah orang Yahudi
itu sebagai manusia yang merdeka. Ia sangat senang
bisa mendampingi Rasulullah setiap saat. Ia bahagia
bisa berperang di sisi Rasulullah dan kaum Muslim. Ia
senang ketika usulannya untuk menggali parit di sekitar
Madinah sebagai bentuk pertahanan dari serangan
musuh diterima oleh Rasulullah dan kaum Muslim. Ia
bahagia karena menjadi Muslim yang merdeka.