Sabtu, 25 Januari 2025

68. Jangan Sakiti yang Mati!

 Beberapa waktu setelah Futuh Makkah, Rasulullah 

Saw. berangkat menuju Thaif ditemani Abu Bakar 

beserta putra-putri Said ibn Al-‘Ash. Ketika mereka 

melewati kuburan Said ibn Al-‘Ash, Abu Bakar bertanya, 

“Kuburan siapakah ini?”

“Kuburan Said ibn Al-‘Ash,” jawab yang lain.

“Semoga Allah melaknat penghuni kubur ini,” 

hardiknya, “sungguh ia telah memerangi Allah dan 

utusan-Nya.”

Mendengar ucapannya, Amr ibn Said naik pitam 

dan berkata kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, ini 

adalah kuburan orang yang lebih banyak bersedekah 

dan memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan 

Abu Quhafah.”

Abu Bakar menukas, “Apakah kau rela ia berkata 

seperti itu kepadaku, wahai Rasulullah?”

“Bertuturlah yang sopan kepada Abu Bakar, hai 

Amr.

Karena merasa jengkel, Amr ibn Said memisahkan 
diri dari rombongan Rasulullah Saw. sehingga beliau 
memperingatkan Abu Bakar dengan berkata, “Wahai Abu 
Bakar, jika kau hendak menyebut orang kafir, sebutlah 
secara umum. Karena jika kau menyebut orang tertentu, 
itu akan menyakiti perasaan keturunannya.”
Sejak peristiwa itu, kaum Muslim tidak pernah 
menyebut lagi kejelekan orang kafir yang telah mati
secara perorangan.
Rasulullah Saw. juga melarang kaum Muslim mencaci 
orang musyrik yang terbunuh dalam Perang Badar. Beliau 
berkata, “Jangan menghina mereka, karena mereka tidak 
akan pernah menyukai apa yang kalian katakan. Kalian 
pun hanya akan menyakiti keluarganya yang masih hidup. 
Sesungguhnya hinaan adalah perkataan yang keji.”
Sejak kembali dari Perang Uhud, para sahabat terus 
mendesak Rasulullah Saw. agar mengutuk kaum kafir 
Quraisy. Namun, dengan bijak beliau mengatakan, 
“Sesungguhnya aku diutus dengan penuh rahmat, bukan 
untuk melaknat.”
Padahal, jika mau, beliau bisa saja memohon kepada 
Allah untuk membinasakan kafir Quraisy yang sangat 
memusuhinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

115. Kalau bukan surga urusannya, aku pasti mengalah

Pernah mendengar nama Sa'ad bin Khaitsamah? Sa'ad dan ayahnya , Khaitsamah , sama2 gugur dlm pertempuran. Namun berbeda waktu dan te...