Minggu, 09 Februari 2025

85. Benteng Terakhir Khaibar

 Setelah pasukan Quraisy dan sekutu mereka pulang dengan wajah tertunduk karena tidak bisa menyerang Madinah dalam Perang Ahzab, Rasulullah memerintahkan kaum Muslim untuk bergerak menuju Khaibar. Beliau memerintahkan kaum Muslim untuk mengepung dan 

menyerang perkampungan Yahudi itu karena berkhianat dan menikam kaum Muslim dari belakang. Maka, selama beberapa hari kaum Muslim mengepung Khaibar dan menjatuhkan benteng-benteng mereka. Setelah beberapa hari pengepungan, semua Benteng Khaibar telah dikuasai kaum Muslim kecuali 

Benteng Al-Wathih dan Al-Sulalim. Inilah benteng Yahudi terbesar di Khaibar, yang paling sulit ditembus. Rasulullah Saw. beserta kaum Muslim mengepung benteng ini hingga dua minggu lamanya.Suatu hari, seorang Yahudi bernama Marhab keluar dari benteng itu menantang duel, “Siapakah di antara kalian berani berduel melawanku?!

“Siapakah yang berani menghadapinya?” tanya 
Rasulullah Saw. kepada pasukan Muslim.
“Aku yang akan menghadapinya, wahai Rasulullah,” tegas Muhammad ibn Maslamah, “Demi Allah, aku akan mengalahkannya. Kemarin saudaraku telah gugur.”Maka, Rasulullah Saw. berkata, “Hadapilah ia. Ya Allah, tolonglah Muhammad untuk mengalahkannya!” 
Muhammad pun melangkah cepat menyambut 
kedatangan Mahrab. Keduanya bertarung dengan sengit dan Muhammad ibn Maslamah berhasil membunuh musuhnya.
Tidak lama kemudian saudaranya Marhab, Yasir, 
keluar dan berteriak, “Siapakah di antara kalian yang berani berduel melawanku?!”
Zubair ibn Al-Awwam, langsung menyambutnya 
tegas, “Aku akan menghadapimu!” 
Namun, ibunda Zubair, Shafiyyah, yang merupakan bibi Rasulullah Saw. berkata, “Jangan, wahai Rasulullah. Ia akan membunuh anakku.”Rasulullah Saw. menukas, “Bahkan anakmulah yang akan membunuhnya, insya Allah.” Rasulullah memberi isyarat kepada Zubair untuk maju melayani tantangan Yahudi itu. Zubair pun maju, bertarung, dan membunuh 
Yasir. Setelah duel itu, perang pun berkecamuk hebat antara pasukan Muslim dan pasukan Yahudi Khaibar. Panji perang pasukan Muslim dipegang oleh Abu Bakar yang sekaligus menjadi komandan perang. Abu bakar berperang dengan hebat, tetapi sejauh ini belum berhasil menaklukkan benteng itu. Hari kedua, Umar 
mengambil alih bendera dan maju berperang dengan hebat, lebih hebat dari hari pertama. Namun, Umar pun tidak berhasil menembus benteng itu. 
Malamnya, Rasulullah Saw. berkata kepada para 
sahabat, “Sungguh, aku akan memberikan bendera ini besok pagi kepada seseorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya dan dicintai Allah dan Rasul-Nya. Allah akan memberikan kemenangan lewat tangannya dan ia tidak 
akan lari dari medan perang.” Tentu saja, semua sahabat berharap ialah orang yang dimaksud Rasulullah Saw. 
Keesokan harinya semua Muslim berkumpul menanti titah Rasulullah Saw. Setelah semua bersiap-siap, beliau bertanya, “Di manakah Ali ibn Abi Thalib?” Orang-orang menjawab, “Ya Rasulullah, ia sedang sakit mata.” 
Beliau meminta mereka untuk membawa Ali ke 
hadapan beliau. Setelah berhadapan, Rasulullah 
membalurkan ludahnya ke mata Ali dan mendoakannya. 
Seketika itu juga kedua mata Ali sembuh seakan tidak pernah sakit sebelumnya. 
Kemudian, Rasulullah Saw. memberikan bendera 
kepada Ali seraya berpesan, “Ambillah bendera ini dan berperanglah. Jangan pernah sekali pun kau berpaling hingga Allah memberimu kemenangan!
Ali segera menyiapkan pasukannya dengan tangkas dan terjun ke medan perang dengan gagah berani. Ia tancapkan bendera pasukan Muslim di sela-sela batu di bawah benteng Yahudi. Dalam satu perang tanding, 
perisai Ali terlepas sehingga ia menyentakkan salah satu pintu Benteng Khaibar yang dipakainya sebagai tameng. Ali mengangkat pintu gerbang dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya memegang pedang. 
Ia terus bertarung hingga berhasil membunuh Salam ibn Misykam dan Al-Harits ibn Abi Zainab, dua pimpinan pasukan Yahudi. Ali terus memegang erat tameng dari pintu gerbang itu hingga Allah memberikan kemenangan 
kepada pasukan Muslim.
Usai perang, sepuluh orang sahabat mencoba 
mengangkat pintu gerbang benteng yang dijadikan tameng oleh Ali ibn Abi Thalib. Namun, mereka tak mampu mengangkatnya. Wallâhul musta‘ân.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

115. Kalau bukan surga urusannya, aku pasti mengalah

Pernah mendengar nama Sa'ad bin Khaitsamah? Sa'ad dan ayahnya , Khaitsamah , sama2 gugur dlm pertempuran. Namun berbeda waktu dan te...