Senin, 13 Januari 2025

50. Kezuhudan Rasulullah Saw.

 Diriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah Saw. 

sedang bersama Jibril di atas Bukit Shafa. Rasulullah 

Saw. berkata, “Hai Jibril, demi Dia yang mengutusmu 

dengan benar, keluarga Muhammad belum pernah 

makan berkecukupan, baik dengan tepung (yang buruk) 

maupun tepung (yang bagus).”

Segera setelah Rasulullah Saw. berkata begitu, 

terdengar suara gemuruh dari langit. Beliau bertanya 

kepada Jibril, “Apakah Allah telah memerintahkan tibanya 

Hari Kiamat?”

“Tidak,” jawab Jibril, “Allah memerintahkan Israfil a.s. 

untuk turun kepadamu ketika mendengar ucapanmu.”

Israfil pun datang dan berkata, “Allah mendengar 

apa yang engkau katakan. Aku diutus untuk membukakan 

pintu-pintu (kekayaan) bumi, dan memerintahkan 

kepadaku untuk memberimu pilihan, apakah Gunung 

Tihamah yang penuh dengan permata, berlian, emas, 

dan perak; ataukah kau menjadi seorang raja dan nabi; 

ataukah kau menjadi seorang hamba biasa dan nabi?” 
Jibril memberikan isyarat kepada Rasulullah Saw. agar 
bersikap tawadhu.
Rasulullah Saw. menjawab, “Aku ingin menjadi 
seorang hamba biasa dan nabi.” Beliau mengucapkannya 
tiga kali.
Suatu hari Ukaidir ibn Abdul Malik, seorang pemuda 
dari Dumatul Jandal, menghadiahkan pakaian sutra 
kepada Rasulullah Saw. Beliau memakainya—sebelum 
pakaian sutra diharamkan—lalu mendirikan shalat. 
Selang beberapa waktu, beliau tanggalkan baju sutra 
itu dengan kasar, seolah-olah membencinya. Beliau 
kemudian berkata, “Baju ini tidak pantas untuk orangorang bertakwa.”
Dalam riwayat lain, dikisahkan bahwa setelah menempuh 
suatu perjalanan Rasulullah Saw. hendak singgah di 
rumah putrinya, Fatimah. Namun, beliau mengurungkan 
niatnya saat melihat tirai yang menghiasi pintu rumah 
dan juga dua gelang perak yang melingkar di lengan 
putrinya. Tentu saja Fatimah berduka saat mengetahui 
bahwa Rasulullah enggan singgah di rumahnya. 
Abu Rafi yang melihat kejadian itu merasa iba lalu 
menghampiri Fatimah dan menanyakan yang terjadi.
Sambil tetap menangis, Fatimah menceritakan peristiwa 
yang baru saja dialaminya. Ia masih belum mengerti, 
mengapa Rasulullah Saw. enggan singgah ke rumahnya?
Abu Rafi mengetahui penyebabnya dan berkata, 
“Itu karena tirai dan dua gelang yang melingkar di 
lenganmu!”
Fatimah pun sadar dan memahami mengapa 
ayahandanya urung singgah di rumahnya. Maka, 
ia langsung menanggalkan tirai dan juga gelang di 
tangannya. Kemudian ia memerintahkan Bilal untuk 
menyerahkan barang-barang itu kepada Rasulullah sambil 
berpesan, “Sampaikan kepada Rasulullah bahwa aku 
sudah bersedekah, dan ini hanya sisanya.”
Saat Bilal menghadap Rasulullah, beliau berkata, 
“Pergi dan juallah barang itu, sedekahkan hasilnya 
kepada ahlu shuffah (kaum fakir yang tinggal di serambi 
Masjid Madinah).”
Lalu, Bilal menjual dua gelang perak milik Fatimah 
tersebut seharga dua setengah dirham. Setelah itu, 
ia menyedekahkannya kepada ahli shuffah. Tak lama 
kemudian, Rasulullah Saw. masuk ke rumah Fatimah dan 
berkata, “Demi ayahku, engkau telah berbuat baik.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

115. Kalau bukan surga urusannya, aku pasti mengalah

Pernah mendengar nama Sa'ad bin Khaitsamah? Sa'ad dan ayahnya , Khaitsamah , sama2 gugur dlm pertempuran. Namun berbeda waktu dan te...