Diriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah Saw.
sedang bersama Jibril di atas Bukit Shafa. Rasulullah
Saw. berkata, “Hai Jibril, demi Dia yang mengutusmu
dengan benar, keluarga Muhammad belum pernah
makan berkecukupan, baik dengan tepung (yang buruk)
maupun tepung (yang bagus).”
Segera setelah Rasulullah Saw. berkata begitu,
terdengar suara gemuruh dari langit. Beliau bertanya
kepada Jibril, “Apakah Allah telah memerintahkan tibanya
Hari Kiamat?”
“Tidak,” jawab Jibril, “Allah memerintahkan Israfil a.s.
untuk turun kepadamu ketika mendengar ucapanmu.”
Israfil pun datang dan berkata, “Allah mendengar
apa yang engkau katakan. Aku diutus untuk membukakan
pintu-pintu (kekayaan) bumi, dan memerintahkan
kepadaku untuk memberimu pilihan, apakah Gunung
Tihamah yang penuh dengan permata, berlian, emas,
dan perak; ataukah kau menjadi seorang raja dan nabi;
ataukah kau menjadi seorang hamba biasa dan nabi?”
Jibril memberikan isyarat kepada Rasulullah Saw. agar
bersikap tawadhu.
Rasulullah Saw. menjawab, “Aku ingin menjadi
seorang hamba biasa dan nabi.” Beliau mengucapkannya
tiga kali.
Suatu hari Ukaidir ibn Abdul Malik, seorang pemuda
dari Dumatul Jandal, menghadiahkan pakaian sutra
kepada Rasulullah Saw. Beliau memakainya—sebelum
pakaian sutra diharamkan—lalu mendirikan shalat.
Selang beberapa waktu, beliau tanggalkan baju sutra
itu dengan kasar, seolah-olah membencinya. Beliau
kemudian berkata, “Baju ini tidak pantas untuk orangorang bertakwa.”
Dalam riwayat lain, dikisahkan bahwa setelah menempuh
suatu perjalanan Rasulullah Saw. hendak singgah di
rumah putrinya, Fatimah. Namun, beliau mengurungkan
niatnya saat melihat tirai yang menghiasi pintu rumah
dan juga dua gelang perak yang melingkar di lengan
putrinya. Tentu saja Fatimah berduka saat mengetahui
bahwa Rasulullah enggan singgah di rumahnya.
Abu Rafi yang melihat kejadian itu merasa iba lalu
menghampiri Fatimah dan menanyakan yang terjadi.
Sambil tetap menangis, Fatimah menceritakan peristiwa
yang baru saja dialaminya. Ia masih belum mengerti,
mengapa Rasulullah Saw. enggan singgah ke rumahnya?
Abu Rafi mengetahui penyebabnya dan berkata,
“Itu karena tirai dan dua gelang yang melingkar di
lenganmu!”
Fatimah pun sadar dan memahami mengapa
ayahandanya urung singgah di rumahnya. Maka,
ia langsung menanggalkan tirai dan juga gelang di
tangannya. Kemudian ia memerintahkan Bilal untuk
menyerahkan barang-barang itu kepada Rasulullah sambil
berpesan, “Sampaikan kepada Rasulullah bahwa aku
sudah bersedekah, dan ini hanya sisanya.”
Saat Bilal menghadap Rasulullah, beliau berkata,
“Pergi dan juallah barang itu, sedekahkan hasilnya
kepada ahlu shuffah (kaum fakir yang tinggal di serambi
Masjid Madinah).”
Lalu, Bilal menjual dua gelang perak milik Fatimah
tersebut seharga dua setengah dirham. Setelah itu,
ia menyedekahkannya kepada ahli shuffah. Tak lama
kemudian, Rasulullah Saw. masuk ke rumah Fatimah dan
berkata, “Demi ayahku, engkau telah berbuat baik.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar