Senin, 13 Januari 2025

51. Rasulullah Seorang Pekerja Keras

 Sejak kecil hingga beranjak dewasa Rasulullah Saw. 

bekerja mencari nafkah dengan menggembalakan 

kambing milik orang Makkah. Beliau pergi menggembala 

bersama saudara sesusuannya. Beliau juga pernah 

menggembalakan domba milik Bani Asad. Selanjutnya, 

beliau bekerja kepada penduduk Makkah dengan gaji 

tetap. Rasulullah Saw. kerap menggembalakan kambing-kambing itu hingga jauh di luar Kota Makkah.

Tentang pekerjaannya ini Rasulullah pernah berujar, 

“Tak seorang pun di antara para nabi yang tidak 

menggembalakan domba.” 

Seorang sahabat bertanya, “Dan engkau juga, wahai 

Rasulullah?” 

“Ya, aku juga.”

Ketika usia Rasulullah Saw. beranjak dewasa, beliau 
mencari nafkah dengan berdagang, atau mengelola 
barang dagangan orang lain. Karena keahliannya itulah 
beliau dipercaya oleh salah satu saudagar Makkah, 

Sayyidah Khadijah binti Khuwailid, untuk mengelola 
perdagangannya. Khadijah adalah saudagar kaya yang 
disegani, yang sering mempekerjakan para pemuda 
Makkah untuk mengelola usahanya. Saat mendengar 
keuletan, kejujuran, dan keluhuran akhlak Rasulullah, 
Khadijah memanggilnya, dan menyuruhnya untuk 
membawa barang dagangannya ke Negeri Syam (Suriah).
Khadijah memercayakan barang dagangan dalam 
jumlah yang banyak kepada pemuda Muhammad. 
Untuk menemani Muhammad dalam perjalanan niaga 
itu Khadijah memerintahkan salah seorang budaknya 
yang bernama Maisarah. Keduanya berangkat menuju 
Syam untuk berdagang. Muhammad menjalankan 
kepercayaan itu dengan sungguh-sungguh. Ia kerahkan 
segala kecakapannya berdagang disertai perilakunya yang 
jujur dan ramah. Maka, tidak mengherankan jika dalam 
perjalanan dagangnya itu Muhammad dan Maisarah 
mendapatkan keuntungan yang berlipat-lipat lebih besar 
dibanding modal yang dipercayakan Khadijah.
Dikisahkan bahwa ketika kaum Quraisy, yang bersekutu 
dengan kaum Yahudi, dan beberapa kabilah Arab lain 
berangkat untuk menyerang Madinah, Rasulullah Saw. 
menyuruh para sahabat untuk menggali parit, atas usul 
Salman Al-Farisi. Semua kaum Muslim bekerja keras 
menggali parit sebagai strategi pertahanan menghadapi

serangan kaum Quraisy dan sekutunya. Tidak ada seorang 
pun yang santai dan berleha-leha. Semua orang turun 
tangan menggali, termasuk Rasulullah sendiri. Beliau 
tidak hanya memerintah dan mengawasi. Beliau juga 
turun langsung ikut menggali bersama kaum Muslim. 
Beliau mengangkut tanah juga bebatuan sambil 
menyembunyikan rasa laparnya. Beliau menyenandungkan syair berikut ini:
Tiada daya jika bukan karena-Mu
Kami takkan mendapatkan petunjuk
Takkan bersedekah dan takkan shalat
Berikan ketenangan dalam hati kami
Kukuhkan kaki kami saat hadapi mereka
Kaum musyrik telah berbuat melampaui batas 
Jika mereka meniupkan fitnah, kami menepisnya.

Rasulullah Saw. sejak kecil dikenal sebagai pekerja yang 
tekun dan jujur, sehingga orang-orang Makkah menyukai 
dan memercayainya. Beliau juga tidak segan membantu 
dan berkorban demi orang lain. Bahkan, setelah diangkat 
sebagai Rasulullah dan menjadi pemimpin Madinah, 
beliau tidak segan atau malu bekerja keras dengan 
tangannya sendiri untuk membantu orang lain. Misalnya, 
beliau pernah bekerja mengumpulkan harta untuk 
membantu penebusan seorang budak dari majikannya.
Budak itu adalah Salman Al-Farisi, salah seorang 
sahabat besar yang dikenal dengan kecerdikan dan 
kegigihannya berjuang menegakkan kebenaran. Ia berasal 
dari tanah Persia. Didorong keinginan untuk mencari 
jalan yang benar dan lurus, ia tinggalkan tanah kelahiran 
hingga tiba di tanah Arab sebagai budak. 
Salman menceritakan perjumpaannya dengan 
Rasulullah yang kemudian menyuruhnya untuk berusaha 
membebaskan diri dari majikannya yang beragama 
Yahudi. Rasulullah Saw. berkata kepadanya, “Tebuslah 
dirimu, hai Salman!”
Salman berusaha menebus kemerdekaannya dengan 
mengumpulkan upahnya dari mengurus kebun kurma. 
Ia bisa mengumpulkan 300 butir kurma yang disimpan 
dalam beberapa wadah berukiran indah, ditambah uang 
sebanyak 40 uqiyah. Rasulullah Saw. berkata kepadanya, 
“Pergilah, dan tebuslah kebebasanmu!”
Maka, Salman menemui majikannya dan 
menyampaikan maksudnya. Ia memberikan semua 
wadah berisi kurma itu kepadanya, dan majikannya 
menyimpan wadah itu. Dari urusan makanan pokok, 
utang Salman sudah lunas. Namun, uang sejumlah 40 
uqiyah itu belum bisa menebus kemerdekaannya. Salman 
menemui Rasulullah dan mengadukan masalahnya. 
Kemudian Rasulullah Saw. memberikan emas berbentuk 
telur dan menyerahkannya kepada Salman, “Ambil ini, 
dan lunasi tebusanmu!” perintah Rasulullah. Salman
menerima benda itu dan menimbangnya kepada 
seorang tukang emas yang mengatakan bahwa emas itu 
berharga 40 uqiyah. Jumlah itu cukup untuk menebus 
kemerdekaannya. Maka, Salman bergegas menemui 
majikannya dan menyerahkan semua uang itu sebagai 
harga penebusan dirinya. Akhirnya, Salman, seorang 
Muslim asal Persia, keluar dari rumah orang Yahudi 
itu sebagai manusia yang merdeka. Ia sangat senang 
bisa mendampingi Rasulullah setiap saat. Ia bahagia 
bisa berperang di sisi Rasulullah dan kaum Muslim. Ia 
senang ketika usulannya untuk menggali parit di sekitar 
Madinah sebagai bentuk pertahanan dari serangan 
musuh diterima oleh Rasulullah dan kaum Muslim. Ia 
bahagia karena menjadi Muslim yang merdeka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

115. Kalau bukan surga urusannya, aku pasti mengalah

Pernah mendengar nama Sa'ad bin Khaitsamah? Sa'ad dan ayahnya , Khaitsamah , sama2 gugur dlm pertempuran. Namun berbeda waktu dan te...