Senin, 13 Januari 2025

52. Muliakanlah Orang Lain

 Suatu hari seseorang menemui Rasulullah Saw. dan 

wajahnya menampakkan bekas-bekas perjalanan 

jauh. Setelah beristirahat sejenak, ia mengutarakan 

keinginannya, “Wahai Rasulullah, saat ini aku ditimpa 

kesusahan. Aku sungguh merasa lapar!”

Tanpa bertanya lagi, Rasulullah Saw. langsung 

menemui istri-istrinya dan bertanya, “Adakah makanan 

untuk orang ini?” Sayang, semua istri beliau saat itu tidak 

memiliki apa-apa untuk dimakan. Mereka menjawab, 

“Kami tidak punya makanan. Demi Dia yang mengutusmu 

dengan kebenaran, kami tidak punya apa-apa selain air 

(minum).” Kemudian Rasulullah Saw. bertanya kepada para 

sahabat, “Apakah ada salah seorang di antara kalian yang 

mau menjamu orang ini sebagai tamu? Jika ada, semoga 

Allah merahmatinya.” Abu Thalhah Al-Anshari bangkit dan berkata, “Aku, wahai Rasulullah.”

Kemudian, ia bergegas membawa tamunya ke 
rumah. Ia temui istrinya dan menanyakan makanan untuk 
disuguhkan kepada tamu Rasulullah itu. Namun, istrinya 
menjawab bahwa mereka tidak memiliki persediaan 
makanan sedikit pun kecuali cadangan makan malam 
untuk anak-anaknya.
Abu Thalhah berpikir keras, lalu berkata kepada 
istrinya, “Wahai Istriku, bila makan malam tiba, tidurkanlah anak-anak, sediakan makanan untuk tamu kita, 
dan jangan lupa matikan lenteranya, agar ia mengira kita 
(juga ikut) makan.”
Istri Abu Thalhah mengerjakan pesan suaminya. Ia menidur kan anak-anaknya lebih dini, kemudian mereka duduk 
bersama tamunya, berpura-pura ikut makan. Mereka hanya 
membuat bunyi-bunyi seperti orang yang sedang makan. 
Jika tamu mereka makan hingga kenyang, Abu Thalhah dan 
keluarganya melewati malam dalam keadaan lapar.
Allah Swt. memberitahukan apa yang terjadi kepada 
Rasulullah Saw., dan beliau merasa sangat bahagia, lalu 
memberitahukan kepada Abu Thalhah bahwa Allah 
meridhainya.
Dalam riwayat lain dikatakan bahwa keesokan 
harinya Rasulullah Saw. berkata kepada Abu Thalhah, 
“Hai Abu Thalhah, Allah amat takjub atas apa yang kalian 
berdua lakukan terhadap tamu kalian.

Lain lagi dengan Abdullah Al-Bajali. Suatu ketika ia 
mendatangi majelis Rasulullah Saw., tetapi karena datang 
terlambat, ia tak kebagian tempat. Ia mondar-mandir 
mencari tempat duduk. Lalu, para sahabat terkejut 
ketika Rasulullah Saw. yang mulia bangkit dan membuka 
gamisnya. Dengan tangannya sendiri beliau melipat 
gamisnya lalu mengantarkannya kepada Abdullah dan 
berkata, “Jadikanlah ini untuk tempat dudukmu.”
Namun, Abdullah enggan mendudukinya. Alihalih, ia ciumi gamis Rasulullah Saw. dengan air mata 
berlinang, “Ya Rasulullah, semoga Allah memuliakanmu 
sebagaimana Tuan memuliakanku.”
Dengan tersenyum beliau berujar, “Bila datang 
kepada kalian orang mulia dari suatu kaum, muliakanlah 
ia.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

115. Kalau bukan surga urusannya, aku pasti mengalah

Pernah mendengar nama Sa'ad bin Khaitsamah? Sa'ad dan ayahnya , Khaitsamah , sama2 gugur dlm pertempuran. Namun berbeda waktu dan te...