Suatu hari seorang sahabat bertanya kepada
Rasulullah Saw., “Ya Rasul, kepada siapakah aku
harus berbakti?”
“Ibumu,” jawab Rasulullah.
“Setelah itu, kepada siapa lagi?”
“Ibumu.”
“Lalu, siapa lagi?”
“Ibumu.”
Sahabat ini masih penasaran dan bertanya lagi,
“Lalu, setelah itu?”
Rasulullah Saw. menjawab, “Lalu, kepada ayahmu.”
Dalam kesempatan yang lain seorang sahabat datang
menghadap Rasulullah Saw. dan berkata, “Wahai
Rasulullah, aku akan berbaiat kepadamu untuk hijrah.
Aku tinggalkan kedua orangtuaku disertai tangisan duka.”
Namun, bagaimanakah jawaban Rasulullah Saw.?
Beliau berujar, “Kembalilah kepada kedua orangtuamu.
Buatlah mereka tertawa sebagaimana kau telah membuat
keduanya menangis.”
Selaras dengan kedua kisah di atas, Rasulullah menghimpun
barisan kaum Muslim untuk berperang, seorang sahabat
menghadap beliau meminta izin untuk ikut berjihad.
“Apakah kau masih punya ibu-bapak?” tanya
Rasulullah Saw.
“Ya, masih ada,” jawab sahabat itu.
“Berjihadlah untuk mereka,” titah Rasulullah Saw.
Peristiwa serupa dialami Muawiyah ibn Jahimah AlSulami. Ia menuturkan bahwa ia menghadap Rasulullah
Saw. dan berkata, “Aku telah berniat untuk ikut berjihad
bersamamu, wahai Rasulullah. Aku hanya mengharapkan
ridha Allah dan pahala akhirat.”
Namun, Rasulullah Saw. bertanya, “Apakah ibumu
masih hidup?”
“Ya, ia masih hidup.”
“Pulanglah, dan berbaktilah kepadanya!”
Muawiyah beberapa kali datang memohon
agar diizinkan ikut berjihad, tetapi Rasulullah selalu
menyuruhnya berbakti kepada ibunya seraya berkata,
“Hai Muawiyah, jagalah ibumu. Sebab, surga berada di
bawah telapak kakinya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar