Sabtu, 25 Januari 2025

54. Janganlah Berbuat Kasar

 Rasulullah Saw. benar-benar merupakan pemimpin 

ideal yang dikenal dengan kejujuran dan 

keadilannya. Beliau juga tidak pernah mempersulit suatu 

persoalan. Bagi Rasulullah, apa yang bisa dipermudah, 

jangan dipersulit. Dalam segala urusan beliau juga 

menyukai yang pertengahan, atau yang sedang-sedang. 

Setiap kali mengutus sahabat ke suatu daerah, beliau 

berpesan, “Mudahkanlah dan jangan mempersulit. 

Sampaikan kabar gembira dan jangan memicu kebencian. 

Ambillah jalan pertengahan, dan lakukanlah apa pun 

sesempurna mungkin sesuai dengan kemampuanmu!”

Rasulullah Saw. tidak pernah menyerang atau 

menyakiti orang lain untuk membela dirinya. Setiap kali 

diminta untuk memilih antara dua pilihan, beliau selalu 

memilih yang paling ringan, aman, dan bebas dari dosa.

Diriwayatkan bahwa suatu hari Rasulullah Saw. 

hendak mendirikan shalat bersama para sahabat. Tibatiba seorang Arab Badui kebelet kencing, lalu begitu saja.

ia kencing di sudut masjid bagian belakang. Tentu saja 

para sahabat jengkel melihatnya dan hendak memukul 

orang itu. Namun, Rasulullah Saw. menahan mereka, 

“Biarkan ia tuntaskan hajatnya dulu!” Setelah orang 

Arab Badui itu menyelesaikan hajatnya, Rasulullah Saw. 

memanggilnya, “Agar kau tahu, tak sepantasnya kencing 

atau buang kotoran di masjid. Sebab, masjid itu tempat 

untuk berzikir kepada Allah, shalat, dan membaca AlQuran.”

Kemudian Rasulullah Saw. berkata kepada para 

sahabat, “Sesungguhnya kalian diutus untuk memudahkan, bukan mempersulit. Guyurlah air kencingnya dengan 

satu ember air!”

Mendengar ujaran Rasulullah, orang Arab Badui itu 

berdoa, “Ya Allah, rahmatilah aku dan Muhammad, dan 

jangan Engkau rahmati selain kami seorang pun!”

Mendengar doa yang diucapkan orang itu, Rasulullah 

berpaling kepadanya dan berkata, “Sungguh kau telah 

mempersempit perkara yang luas (rahmat Allah).”

Dikisahkan pula bahwa suatu hari ketika Rasulullah Saw. 

berkumpul dengan para sahabat, seorang Arab Badui 

datang menghampiri beliau meminta sesuatu, dan beliau 

pun memberinya. Ketika si Badui ditanya, “Apakah kau 

puas dan merasa diberi anugerah?

Ia menjawab, “Aku belum merasa bahwa Tuan sudah 
berbuat baik.”
Tentu saja para sahabat yang mendengar ucapannya 
merasa jengkel dan seseorang hendak memukulnya. 
Namun, Rasulullah Saw. menahan mereka. Lalu, beliau 
membawa orang itu ke rumahnya, dan di sana beliau 
menambah lagi pemberiannya. Barulah setelah itu ia 
berkata, “Semoga Allah membalas Tuan dengan sebaikbaik pemberian.”
Rasulullah Saw. berujar, “Lain kali, bila kau ada 
bersama sahabat-sahabatku, katakanlah seperti itu di 
hadapan mereka. Sebab, mereka agak tersinggung oleh 
ucapanmu tadi.”
Keesokan harinya, orang Badui itu berbuat seperti
yang dianjurkan Rasulullah Saw. sehingga para sahabat 
merasa senang. Lalu, Rasulullah Saw. bersabda, 
“Perumpamaanku dan orang Badui ini adalah seperti
seseorang dan untanya yang mengamuk. Ketika beberapa 
orang berusaha menjinakkannya, ia makin beringas. 
Maka, pemiliknya berkata, ‘Biarkan aku sendiri yang 
menjinakkannya!’ Dan dengan cara-cara seperti yang 
biasa ia lakukan, amukan unta itu mereda, lalu diam 
sehingga bisa dimuati barang-barang untuk diangkut.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

115. Kalau bukan surga urusannya, aku pasti mengalah

Pernah mendengar nama Sa'ad bin Khaitsamah? Sa'ad dan ayahnya , Khaitsamah , sama2 gugur dlm pertempuran. Namun berbeda waktu dan te...