Sabtu, 25 Januari 2025

55. Tahanlah Amarah!

 Suatu ketika Rasulullah Saw. sedang duduk bersama 

Abu Bakar r.a. Tiba-tiba, muncul seseorang yang 

mencela Abu Bakar. Menyaksikan tingkah orang itu, 

Rasulullah Saw. hanya diam dan tersenyum. Namun, Abu 

Bakar merasa jengkel dan kesal mendengar celaan orang 

itu sehingga ia pun balas mencelanya. Namun, Rasulullah 

tidak menyukai kelakuan Abu Bakar. Beliau bangkit 

berdiri dan merengkuh pundak Abu Bakar dengan raut 

muka yang menampakkan kemarahan. 

Tentu saja Abu Bakar merasa heran dan bertanya, 

“Ya Rasul, ketika orang itu mencelaku kau tetap duduk 

dan diam. Namun, ketika aku membantah celaannya, 

engkau tampak marah dan berdiri?!”

Rasulullah Saw. menjelaskan, “Ketika kau diam 

tidak membalas, ada malaikat yang menyertaimu dan 

ialah yang membantah celaan orang itu. Namun ketika 

kau mulai membantahnya, malaikat itu pergi dan yang 

datang adalah setan.”

Abu Bakar terdiam mendengar penjelasan Rasulullah 
Saw. kemudian beliau melanjutkan, “Hai Abu Bakar, ada 
tiga hal yang semuanya benar. Pertama, ketika seorang 
hamba dizalimi, kemudian ia memaafkannya karena Allah, 
niscaya Allah akan memuliakannya dengan pertolonganNya. Kedua, ketika seorang hamba memberi sedekah dan 
menginginkan kebaikan, Allah akan menambah banyak 
hartanya. Ketiga, ketika seorang hamba meminta harta 
kepada manusia untuk memperbanyak hartanya, niscaya 
Allah tambahkan kepadanya kekurangan.”
Dalam kesempatan lain, beliau bersabda, “Jika 
engkau marah, diamlah. Jika engkau marah, diamlah. 
Jika engkau marah, diamlah.”
Abu Dawud meriwayatkan dari Amr ibn Abi Qurrah bahwa 
ketika tinggal di Madain, Hudzaifah menceritakan berbagai 
hal yang disampaikan Rasulullah Saw. ketika beliau 
dalam keadaan marah. Tentu saja orang-orang merasa 
gentar, takut, dan kemudian mereka meninggalkannya 
seorang diri. Lalu, mereka datang menemui Salman AlFarisi menceritakan segala yang dikatakan Hudzaifah dan 
bagaimana sikapnya ketika bercerita. Mereka menanyakan 
pendapat Salman tentang hal itu, dan ia menjawab, 
“Hudzaifah lebih tahu apa yang ia katakan.”
Salman tidak membenarkan dan tidak pula 
menyalahkan segala yang dikatakan Hudzaifah. Maka,
orang-orang itu kembali menemui Hudzaifah dan berkata, 
“Kami telah menemui Salman dan menceritakan apa 
yang engkau katakan. Namun, ia tidak membenarkan 
dan tidak pula menyalahkan.” 
Maka, Hudzaifah bergegas menemui Salman yang 
sedang berada di kebunnya dan berkata, “Hai Salman, 
mengapa kau tidak membenarkan apa yang aku dengar 
dari Rasulullah?”
Salman menjawab, “Jika Rasulullah marah, beliau 
akan berkata kepada kaumnya dengan marah. Di saat 
senang, beliau akan berkata kepada kaumnya dengan 
hati yang senang. Jangan lagi berkata seperti itu hingga 
kau bisa menyampaikan kepada orang lain apa yang 
membuat mereka senang, dan tidak membuat mereka 
marah atau ketakutan. Atau memang kau menghendaki 
perbedaan dan perpecahan?”
Hudzaifah terdiam, dan Salman melanjutkan, “Aku 
pernah mendengar Rasulullah berkhutbah, ‘Siapa pun 
dari umatku yang pernah aku maki atau atau kukecam 
ketika aku marah, maka (maklumilah karena) aku 
adalah anak Adam yang bisa marah seperti mereka. 
Pada hakikatnya, aku diutus sebagai rahmat bagi 
alam semesta. Semoga Allah menjadikan (makian dan 
kecamanku) sebagai rahmat bagi mereka di Hari Kiamat.’ 
Hai Hudzaifah, berhentilah melakukan tindakan seperti
itu. Jika tidak, aku akan melaporkanmu kepada Umar!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

115. Kalau bukan surga urusannya, aku pasti mengalah

Pernah mendengar nama Sa'ad bin Khaitsamah? Sa'ad dan ayahnya , Khaitsamah , sama2 gugur dlm pertempuran. Namun berbeda waktu dan te...