Suatu ketika Rasulullah Saw. sedang duduk bersama
Abu Bakar r.a. Tiba-tiba, muncul seseorang yang
mencela Abu Bakar. Menyaksikan tingkah orang itu,
Rasulullah Saw. hanya diam dan tersenyum. Namun, Abu
Bakar merasa jengkel dan kesal mendengar celaan orang
itu sehingga ia pun balas mencelanya. Namun, Rasulullah
tidak menyukai kelakuan Abu Bakar. Beliau bangkit
berdiri dan merengkuh pundak Abu Bakar dengan raut
muka yang menampakkan kemarahan.
Tentu saja Abu Bakar merasa heran dan bertanya,
“Ya Rasul, ketika orang itu mencelaku kau tetap duduk
dan diam. Namun, ketika aku membantah celaannya,
engkau tampak marah dan berdiri?!”
Rasulullah Saw. menjelaskan, “Ketika kau diam
tidak membalas, ada malaikat yang menyertaimu dan
ialah yang membantah celaan orang itu. Namun ketika
kau mulai membantahnya, malaikat itu pergi dan yang
datang adalah setan.”
Abu Bakar terdiam mendengar penjelasan Rasulullah
Saw. kemudian beliau melanjutkan, “Hai Abu Bakar, ada
tiga hal yang semuanya benar. Pertama, ketika seorang
hamba dizalimi, kemudian ia memaafkannya karena Allah,
niscaya Allah akan memuliakannya dengan pertolonganNya. Kedua, ketika seorang hamba memberi sedekah dan
menginginkan kebaikan, Allah akan menambah banyak
hartanya. Ketiga, ketika seorang hamba meminta harta
kepada manusia untuk memperbanyak hartanya, niscaya
Allah tambahkan kepadanya kekurangan.”
Dalam kesempatan lain, beliau bersabda, “Jika
engkau marah, diamlah. Jika engkau marah, diamlah.
Jika engkau marah, diamlah.”
Abu Dawud meriwayatkan dari Amr ibn Abi Qurrah bahwa
ketika tinggal di Madain, Hudzaifah menceritakan berbagai
hal yang disampaikan Rasulullah Saw. ketika beliau
dalam keadaan marah. Tentu saja orang-orang merasa
gentar, takut, dan kemudian mereka meninggalkannya
seorang diri. Lalu, mereka datang menemui Salman AlFarisi menceritakan segala yang dikatakan Hudzaifah dan
bagaimana sikapnya ketika bercerita. Mereka menanyakan
pendapat Salman tentang hal itu, dan ia menjawab,
“Hudzaifah lebih tahu apa yang ia katakan.”
Salman tidak membenarkan dan tidak pula
menyalahkan segala yang dikatakan Hudzaifah. Maka,
orang-orang itu kembali menemui Hudzaifah dan berkata,
“Kami telah menemui Salman dan menceritakan apa
yang engkau katakan. Namun, ia tidak membenarkan
dan tidak pula menyalahkan.”
Maka, Hudzaifah bergegas menemui Salman yang
sedang berada di kebunnya dan berkata, “Hai Salman,
mengapa kau tidak membenarkan apa yang aku dengar
dari Rasulullah?”
Salman menjawab, “Jika Rasulullah marah, beliau
akan berkata kepada kaumnya dengan marah. Di saat
senang, beliau akan berkata kepada kaumnya dengan
hati yang senang. Jangan lagi berkata seperti itu hingga
kau bisa menyampaikan kepada orang lain apa yang
membuat mereka senang, dan tidak membuat mereka
marah atau ketakutan. Atau memang kau menghendaki
perbedaan dan perpecahan?”
Hudzaifah terdiam, dan Salman melanjutkan, “Aku
pernah mendengar Rasulullah berkhutbah, ‘Siapa pun
dari umatku yang pernah aku maki atau atau kukecam
ketika aku marah, maka (maklumilah karena) aku
adalah anak Adam yang bisa marah seperti mereka.
Pada hakikatnya, aku diutus sebagai rahmat bagi
alam semesta. Semoga Allah menjadikan (makian dan
kecamanku) sebagai rahmat bagi mereka di Hari Kiamat.’
Hai Hudzaifah, berhentilah melakukan tindakan seperti
itu. Jika tidak, aku akan melaporkanmu kepada Umar!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar