Senin, 13 Januari 2025

49. Cinta Rasulullah kepada Umatnya

 Setelah pamannya Abu Thalib dan istrinya Khadijah 

meninggal dunia, dan setelah boikot kaum Quraisy 

terhadap Bani Hasyim yang berlangsung selama tiga 

tahun berakhir, tidak ada orang yang bisa dijadikan 

pelindung oleh Rasulullah Saw. Setelah kematian dua 

orang pelindungnya itu, kaum kafir Quraisy makin leluasa 

berbuat jahat dan menyakiti beliau. Mereka melakukan 

berbagai hal untuk mengusik dan menyakiti Muhammad. 

Misalnya, berkali-kali mereka menimpakan kotoran atau 

tanah ke atas kepala Rasulullah yang mulia ketika beliau 

shalat di dekat Ka‘bah. Setiap kali Rasulullah mendapat 

perlakuan buruk seperti itu, Fatimah datang kemudian 

membersihkan kotoran itu sambil menangis. 

Hari demi hari perlakuan buruk kaum kafir Quraisy 
kepada Rasulullah Saw. makin menjadi-jadi. Nyaris 
setiap hari mereka menyakiti beliau. Para sahabat 
juga mendapat perlakuan serupa. Kaum Quraisy makin 
leluasa menekan dan menindas kaum Muslim. Maka,
suatu hari, Rasulullah memutuskan untuk pergi ke Thaif 
berharap para pemuka Bani Tsaqif mau menolongnya 
dan memberinya perlindungan. Namun, tiba di kota 
itu, mereka justru memperlakukan Rasulullah dengan 
sangat buruk. Mereka mengolok-olok, mengejar, bahkan 
melempari beliau dengan batu hingga kaki beliau terluka 
dan berdarah. Kemudian Rasulullah Saw. berlindung di 
kebun milik Utbah ibn Rabiah, seorang tokoh Quraisy. 
Menurut tradisi Arab, orang yang masuk pekarangan 
orang lain dianggap telah memperoleh perlindungan dari 
si pemilik rumah.
Sambil mengusap keringat dan menyeka darahnya, 
Rasulullah Saw. berdoa kepada Allah, “Ya Allah, hanya 
kepada-Mu kuadukan lemahnya kekuatanku, sedikitnya 
upayaku, dan hinanya pandangan orang kepadaku. 
Wahai Yang Maha Penyantun, Engkaulah Tuhanku 
dan Tuhan orang-orang yang tertindas. Kepada siapa 
Engkau akan serahkan aku? Kepada orang asing yang 
memperlakukanku dengan jahat, ataukah kepada saudara 
jauh yang mengusirku?”
Tak lama, Malaikat Jibril turun dan berkata, “Hai 
Muhammad, Tuhanmu menyampaikan salam kepadamu. 
Dan malaikat yang mengurus gunung-gunung telah 
diperintahkan oleh Allah untuk mematuhi semua 
perintahmu. Ia tidak akan melakukan apa pun, kecuali 
atas perintahmu.
Malaikat yang menjaga gunung berkata, 
“Sesungguhnya Allah telah memerintahkanku untuk 
berkhidmat kepadamu. Jika kau mau, biar kujatuhkan 
gunung itu kepada mereka. Jika engkau mau, akan 
kulempari mereka dengan bebatuan. Dan jika engkau 
mau, akan kuguncangkan bumi di bawah kaki mereka.”
Namun, apa jawaban Rasulullah Saw.? Beliau 
berkata, “Hai Malaikat Gunung, aku datang kepada 
mereka karena berharap mudah-mudahan akan keluar 
dari keturunan mereka orang yang mengucapkan ‘lâ 
ilâha illallâh (tiada tuhan selain Allah).” 
Kemudian Malaikat Gunung berkata, “Engkau 
seperti disebutkan oleh Tuhanmu: sangat penyantun 
dan penyayang.”
Subhânallâh, lihatlah Rasulullah Saw.! Beliau tidak 
mengizinkan malaikat penjaga gunung untuk menyiksa 
Bani Tsaqif yang telah mengusir dan menyakitinya. 
Beliau berharap, meskipun mereka tidak mau beriman, 
keturunan mereka nanti akan beriman. Semua itu 
menunjukkan betapa Rasulullah Saw. sangat mencintai 
umatnya.
Setelah hijrah ke Madinah, Rasulullah Saw. pernah 
selama tiga hari berturut-turut hanya makan sedikit. 
Ketika istrinya, Aisyah, menanyakan sebabnya, beliau 
menjawab, “Selama masih ada ahli shuffah (orang miskin
yang tinggal di serambi masjid), aku tidak akan makan 
hingga kenyang.” Ini menunjukkan betapa besar kasih 
sayang Rasulullah Saw. kepada kaum fakir.
Tidak hanya itu, Rasulullah Saw. juga memikirkan 
umatnya di kemudian hari. Beliau khawatir sebagian 
umatnya makan kekenyangan, sedangkan sebagian 
lainnya kelaparan karena tidak mendapatkan makanan. 
Karena itulah Rasulullah Saw. berpesan, “Tidaklah 
beriman salah seorang dari kalian jika ia tidur dalam 
keadaan kenyang, sementara tetangganya kelaparan.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

115. Kalau bukan surga urusannya, aku pasti mengalah

Pernah mendengar nama Sa'ad bin Khaitsamah? Sa'ad dan ayahnya , Khaitsamah , sama2 gugur dlm pertempuran. Namun berbeda waktu dan te...