Al-Mubasysyirât adalah bagian yang tersisa dari
kenabian hingga akhir zaman, biasanya berupa
mimpi-mimpi baik yang dialami seseorang. Sahabat Anas r.a. menuturkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda,
“Sesungguhnya risalah (Tuhan) telah berakhir. Maka, tidak ada lagi seorang rasul atau nabi setelahku, kecuali
Al-Mubasysyirât’. Para sahabat bertanya, ‘Ya Rasulullah, apakah Al-Mubasysyirât itu?’ Beliau menjawab, ‘AlMubasysyirât adalah mimpi seorang Muslim yang saleh dan itu bagian Nubuwat (kenabian)’” (HR Ahmad
dan Al-Turmudzi). Kisah berikut ini adalah contoh AlMubasysyirât.
Dikisahkan, ada dua orang dari Baliyyin menghadap Rasulullah Saw. Keduanya menyatakan masuk Islam dan salah seorangnya lebih rajin berjihad sehingga ia gugur sebagai syahid dalam sebuah pertempuran. Sementara,
orang kedua meninggal setahun kemudian.
Thalhah ibn Ubaidillah r.a. menuturkan, “Aku mimpi berada di halaman salah satu surga dan aku melihat dengan kedua orang Baliyyin itu. Lalu, dari arah surga terlihat seseorang berjalan keluar lalu menjemput
orang yang terakhir meninggal untuk masuk surga dan ia mengantarnya ke dalam. Lalu orang itu kembali
lagi mendekati orang yang mati syahid dalam
pertempuran, dan berkata, ‘Kembalilah, karena kamu belum saatnya menjadi penghuni tempat ini!’”
Suatu hari Thalhah menceritakan mimpinya itu kepada para sahabat lain sehingga mereka keheranan mendengar mimpi Thalhah itu. Lalu, Thalhah dan beberapa kawannya menuturkan keheranan mereka kepada Rasulullah Saw.
Rasulullah Saw. bertanya, “Apa yang membuat kalian
merasa heran?”
“Wahai Rasulullah, laki-laki yang disebutkan pertama itu lebih rajin berjihad hingga ia gugur sebagai syahid.
Namun, mengapa orang kedua yang lebih dulu masuk surga?”
“Bukankah ia masih hidup selama setahun setelah kawannya itu meninggal?”
“Benar, ya Rasulullah.”
“Dengan sisa umurnya itu ia masih berjumpa dengan bulan Ramadhan dan ia berpuasa. Ia juga mendirikan shalat dan melaksanakan ibadah-ibadah lainnya.”
“Benar, ya Rasulullah.”
Rasulullah Saw. berkata, “Alangkah jauh jarak di
antara mereka berdua, seperti jarak antara langit dan bumi” (HR Ahmad).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar