Rasulullah Saw. mengutus seseorang untuk
memimpin satu pasukan kecil. Ketika menjadi imam
shalat, setelah membaca Surah Al-Fâtihah ia membaca
Surah Al-Ikhlâsh. Tidak hanya sekali. Pada setiap shalat
yang bacaannya dijaharkan, ia selalu membaca Surah AlIkhlâsh setelah surah Surah Al-Fâtihah, dan tidak hanya
pada rakaat pertama, atau kedua, tetapi pada setiap
rakaat.
Kebiasaannya itu menimbulkan tanda tanya
dalam benak sebagian pasukan, sehingga mereka
menyampaikan hal itu kepada Nabi Saw. saat mereka
pulang ke Madinah. Mendengar laporan mereka,
Rasulullah bersabda, “Tanyakan kepadanya, mengapa ia
berbuat seperti itu?”
Ketika ditanya, ia menjawab, “Karena surah ini
mengandung sifat Allah Yang Maha Penyayang dan aku
sangat suka membacanya.”
Ketika mengetahui alasan orang itu, Rasulullah Saw.
berkomentar, “Sampaikan kepadanya bahwa Allah Swt.
mencintainya.”
Dikisahkan bahwa seorang sahabat Anshar menjadi
imam di Masjid Quba’. Setiap kali usai membaca
Surah Al-Fâtihah, ia membaca Surah Al-Ikhlâsh, lalu
dilanjutkan dengan surah yang lain. Itu ia lakukan
pada setiap rakaat. Tentu saja sebagian sahabat heran
dengan kebiasaannya ini. Sebagian mereka meminta
sang imam agar ia membaca surah yang berbeda,
bukan hanya Surah Al-Ikhlâsh. Namun, tetap saja ia
bersikukuh dengan kebiasaannya itu. Maka, ketika suatu
hari Rasulullah Saw. datang di daerah itu, para sahabat
menceritakan kebiasaan imam masjid itu. Rasulullah Saw.
pun memanggilnya dan bertanya, “Hai Fulan, mengapa
kau tidak mengindahkan permintaan kawan-kawanmu.
Apa yang membuatmu selalu ingin membaca Surah AlIkhlâsh?”
Laki-laki itu menjawab, “Wahai Rasulullah, aku
sangat mencintai surah ini.”
“Sungguh, dengan mencintainya, pasti Allah
memasukkanmu ke surga.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar