Senin, 13 Januari 2025

43. Cinta kepada Rasulullah

 Suatu hari seorang Arab Badui datang menghadap 

Rasulullah Saw. dan bertanya, “Wahai Rasulullah, 

kapan Kiamat tiba?” Rasulullah Saw. tidak segera 

menjawabnya, karena waktu shalat telah tiba. Beliau 

segera mendirikan shalat bersama para sahabat. 

Usai shalat, beliau berpaling kepada para jamaah 

dan bertanya, “Mana tadi orang yang bertanya tentang 

Hari Kiamat?”

“Aku, wahai Rasulullah,” jawab Arab Badui itu.

“Apa yang telah kau persiapkan untuk menghadapinya?”

“Demi Allah, aku tidak mempersiapkan amal shalat 

atau puasa yang banyak. Aku hanya mencintai Allah dan 

Rasul-Nya.”

“Kau akan dikumpulkan dengan orang yang kaucintai.”
Anas ibn Malik yang meriwayatkan hadis ini 
berkomentar, “Aku belum pernah melihat orang Islam 
begitu bahagia setelah masuk Islam, seperti saat kami 
mendengar pernyataan Nabi bahwa siapa pun yang 
mencintai Nabi maka ia akan digabungkan bersama 
beliau pada Hari Kiamat.”
Diriwayatkan dari Abu Abdillah bahwa di Madinah 
ada seorang penjual minyak wangi. Ia dikenal sangat 
mencintai Rasulullah Saw. Setiap kali punya keperluan, 
ia tidak akan pergi sebelum memandang wajah beliau. 
Di kalangan sahabat, ia terkenal sebagai orang yang 
suka menatap Rasulullah Saw. Setiap kali bersua, ia akan 
memandang wajah Rasulullah dengan pandangan yang 
lama dan dalam. 
Suatu hari ia menemui Rasulullah Saw., berlama-lama duduk bersama beliau hingga ia merasa puas 
memandang wajah beliau. Setelah itu, ia beranjak pergi. 
Namun, tidak lama berselang, ia datang lagi menemui 
Rasulullah Saw., yang kemudian memberi isyarat dengan 
tangannya agar ia duduk. Maka, orang itu pun duduk di 
hadapan beliau.
Rasulullah bertanya, “Mengapa kau melakukan itu, 
padahal sebelumnya kau tidak bertingkah seperti itu?”
Ia menjawab, “Wahai Rasulullah, demi yang 
mengutusmu dengan membawa kebenaran sebagai Nabi, 
ketika tadi aku meninggalkanmu, hatiku dipenuhi ingatan 
kepadamu. Karenanya, aku tidak bisa bekerja karena
selalu teringat kepadamu. Karena itulah, aku buru-buru 
kembali menemuimu.”
Kemudian, ia meminta izin Rasulullah Saw. untuk 
memandang wajahnya lagi. Beliau mendoakan kebaikan 
untuknya. Lama setelah kejadian itu Rasulullah Saw. tidak 
melihatnya.
Suatu hari, Rasulullah Saw. bertanya kepada para 
sahabat, “Ke mana orang itu?”
“Wahai Rasulullah, kami pun tidak melihatnya 
berhari-hari,” ujar para sahabat.
Rasulullah Saw. mengambil sandalnya dan beranjak 
pergi ke pasar diikuti para sahabat, karena ia berjualan 
minyak wangi di sana. Namun, tiba di tokonya, si penjual 
minyak wangi itu tidak ada sehingga Rasulullah Saw. 
bertanya kepada orang-orang di sekitarnya. 
Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, pedagang 
minyak wangi itu telah meninggal dunia.” Orang-orang 
berkomentar tentang ia, “Wahai Rasulullah, kami 
mengenalnya sebagai pedagang yang jujur, tepercaya, 
dan amanah. Namun, ada satu kelemahannya.”
“Apa itu?” tanya Rasulullah Saw.
“Ia senang perempuan (bukan melakukan maksiat).”
Rasulullah Saw. berujar, “Sungguh, ia sangat 
mencintaiku. Jika ia sedikit tidak jujur dalam berdagang, 
Tuhan akan mengampuninya karena kecintaannya 
kepadaku.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

115. Kalau bukan surga urusannya, aku pasti mengalah

Pernah mendengar nama Sa'ad bin Khaitsamah? Sa'ad dan ayahnya , Khaitsamah , sama2 gugur dlm pertempuran. Namun berbeda waktu dan te...