Ummu Sulaim adalah perempuan Anshar dari Bani
Najjar yang menikah dengan Malik ibn Nadhr. Dari
pernikahannya itu ia dikaruniai seorang putra bernama
Anas ibn Malik, yang kemudian menjadi pelayan
Rasulullah Saw. dan kelak menjadi salah seorang sahabat
yang banyak meriwayatkan hadis beliau. Namun, suatu
hari, karena bertengkar dengan istrinya, Malik pergi
merantau ke Syiria dan akhirnya meninggal dunia di
sana. Setelah itu, perempuan yang terkenal cerdas dan
memiliki dua bola mata yang sangat indah itu menikah
dengan Abu Thalhah, seorang Anshar yang terkenal
dermawan.
Hari ini, perempuan yang terkenal tabah dan berhati
mulia itu merasa sangat senang karena kedatangan tamutamu istimewa tanpa diduga. Mereka adalah Rasulullah
Saw. disertai beberapa sahabat, termasuk Abu Bakar,
Umar, dan seorang Arab Badui. Tentu saja, Ummu Sulaim
dan keluarga senang bukan kepalang. Ia menyilakan
tamu-tamu istimewa itu masuk ke dalam rumah. Ketika
Rasulullah Saw. duduk, orang Arab Badui itu duduk di
sebelah kanan beliau, sedangkan Abu Bakar dan Umar
duduk di sebelah kiri beliau.
Kemudian, Ummu Sulaim segera menghidangkan
kepada Rasulullah Saw. dan para sahabat susu
kambing yang diperah oleh Anas ibn Malik. Beliau
pun dengan suka cita menerima hidangan itu dan
meminumnya. Setelah menikmati hidangan, Rasulullah
Saw. menyerahkan wadah berisi susu itu kepada orang
Arab Badui yang berada di sisi kanan beliau. Rupanya
Umar ibn Khaththab kurang suka dan berujar, “Wahai
Rasulullah, serahkanlah wadah itu kepada Abu Bakar
lebih dulu ....”
Namun, Rasulullah Saw. tetap menyerahkan wadah
susu itu kepada orang Arab Badui, bukan kepada Abu
Bakar. Sesudah orang Arab Badui itu menerima wadah
itu, beliau berkata kepada semua, “Dahulukanlah orang
yang di sebelah kanan! Dahulukanlah orang yang di
sebelah kanan! Dahulukanlah orang yang di sebelah
kanan!”
Tidak hanya itu, dalam berbagai aktivitas sehari-hari
Rasulullah Saw. menyuruh kita untuk mendahulukan
yang kanan atau memulai sesuatu dengan tangan kanan,
termasuk makan, minum dan sebagainya, kecuali ketika
memasuki kamar mandi atau WC. Maksudnya, agar
kita tidak meniru setan yang selalu melakukan sesuatu
dengan tangan kirinya.
Suatu ketika Rasulullah Saw. siap menyantap
hidangan bersama anak tirinya, Umar ibn Abi Salamah.
Anak itu kelihatan tak sabar untuk segera menikmati
hidangan itu. Rasulullah berkata kepadanya, “Duduklah,
wahai Anakku. Sebutlah nama Allah, makanlah dengan
tangan kananmu, dan makanlah yang dekat denganmu.”
Setelah dewasa, Umar ibn Salamah berkata, “Demi
Allah, sejak saat itu, aku senantiasa makan dengan cara
seperti itu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar