Suatu hari seorang laki-laki tua menemui Rasulullah
Saw. dan mengadukan perilaku anaknya yang kaya
raya tetapi kerap mengabaikannya. Ia menuturkan,
“Wahai Rasulullah, anakku berbuat baik kepada semua
orang dan mau membantu mereka, tetapi ia tidak
mau membantuku sebagai orangtuanya. Bahkan, ia
mengusirku dari rumahnya.”
Mendengar laporan orangtua itu, Rasulullah Saw.
segera mengutus seorang sahabat untuk menemui
anak itu dan menasihatinya agar mau menerima dan
mengurus ayahnya. Namun, pemuda itu berbohong
kepada Rasulullah Saw. dengan mengatakan, “Aku tidak
punya cukup harta untuk mengurusi ayahku.”
Rasulullah Saw. berkata, “Aku tahu, kau punya
gudang gandum dan kurma. Kau juga memiliki simpanan
uang yang sangat banyak.”
Pemuda itu tetap mengelak, “Wahai Rasulullah,
siapa pun yang mengatakan hal itu kepadamu pasti
telah berdusta!”
Rasulullah Saw. melihat bahwa semua nasihatnya
tak dapat memengaruhi hati pemuda yang lebih keras
dari batu itu. Maka, beliau bersabda, “Berdiri dan
pergilah dari hadapanku. Ingatlah! Tak lama lagi kau
akan menyesal dan di saat itu datang, penyesalanmu itu
tak lagi berguna.”
Kemudian Rasulullah Saw. memerintahkan para
sahabat untuk menyediakan tempat tinggal dan
kebutuhan hidup orangtua itu dari baitulmal agar ia tak
lagi merasa kesusahan.
Sementara, si pemuda itu merasa senang setelah
pergi dari hadapan Rasulullah Saw. karena sekarang ia
telah lepas dari keharusan mengurusi ayahnya.
Beberapa waktu kemudian, ketika datang saat yang
tepat untuk menjual kurma, pemuda itu membuka
gudang tempat penyimpanan kurmanya. Namun,
ia terkesiap saat mendapati semua kurma di dalam
gudangnya telah habis dimakan ulat. Tak ada yang tersisa
sedikit pun kecuali biji-biji kurma yang tidak akan laku
dijual.
Kemudian, ia bergegas pergi menuju gudang tempat
penyimpanan gandumnya. Lagi-lagi ia tersentak, kaget,
dan marah saat melihat gandum di dalam gudangnya
diserang serangga. Hewan kecil itu memakan gandum
di gudang itu hingga yang tersisa hanya batangnya. Ia
melihat ada sebagian gandum yang belum diserang
serangga. Namun, ternyata gandum-gandum itu pun
telah rusak dan bau karena ditempeli banyak ulat. Tentu
saja ia mengalami kerugian yang besar.
Ia telah mengeluarkan modal yang sangat besar
untuk mengolah kurma dan gandum itu kemudian
menyimpannya di gudang. Tak ada yang bisa ia lakukan
kecuali membuang biji-biji kurma dan batang gandum
yang tersisa.
Sayang, semua musibah itu tidak membuatnya
sadar dan jera untuk kemudian meminta maaf kepada
ayahnya. Sedikit pun ia tidak menyadari bahwa semua
itu merupakan peringatan baginya. Ia pun tak ingat
peringatan Rasulullah yang begitu keras. Ia tetap tidak
mau menemui ayahnya dan meminta maaf. Akhirnya,
beberapa hari setelah musibah itu, ia jatuh sakit. Dan
ketika ia hendak mengambil uang yang selama ini
disimpannya untuk berobat, lagi-lagi ia terkesiap karena
semua uangnya telah berubah menjadi lempengan
tembikar tak berharga.
Hari demi hari penyakitnya kian parah. Semua
kawannya menjauhinya karena tahu bahwa kemiskinan
dan penyakitnya itu akibat ia durhaka kepada ayahnya.
Dua tahun kemudian, tinggal kulit dan tulang yang
tersisa pada tubuhnya. Ia berjalan sambil bertumpu pada
tongkat dan meminta pertolongan kepada semua orang.
Suatu hari Rasulullah Saw. berjalan bersama
beberapa sahabat. Beliau melihat pemuda itu duduk di
pinggir gang dengan kondisi yang sangat mengenaskan.
Beliau menoleh kepada sahabatnya dan berkata, “Hai
orang-orang yang durhaka kepada ayah dan ibunya,
ambillah pelajaran dari orang ini. Alih-alih mendapatkan
kedudukan mulia di surga, itulah yang ia dapatkan.
Ia merasa mampu membeli surga dengan harta dan
kedudukannya. Ketahuilah! Sebentar lagi pemuda ini
akan meninggal dunia dan masuk Neraka Jahanam.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar