Hari itu, Rasulullah Saw. dan sahabat-sahabatnya
sedang berkumpul di Masjid Nabawi. Ketika
semuanya sedang asyik tenggelam dalam majelis
ilmu, tiba-tiba mereka dikagetkan dengan kemunculan
seorang pria yang menyeret pria lainnya yang diikat
tali. Setelah mengucapkan salam, pria di depan berkata
marah, “Wahai Rasulullah, orang ini telah membunuh
saudaraku!”
Rasulullah Saw. diam sejenak dan beberapa saat
kemudian beliau berkata dengan nada yang lembut
kepada orang yang diikat, “Benarkah kau telah
membunuh saudaranya?”
“Kalau ia tidak mengaku, aku punya saksi, wahai
Rasulullah!” sergah orang pertama menyela jawaban
orang yang diikat. Kemudian, ia serahkan tali pengikatnya
kepada Rasulullah Saw.
“Benar, wahai Rasulullah, aku telah membunuh
saudaranya,” jawab orang yang diikat itu dengan
suara lirih seraya menundukkan kepala menyesali
perbuatannya.
“Bagaimana kau membunuhnya?” tanya Rasulullah
Saw. tetap dengan nada yang lembut.
“Begini ceritanya, wahai Rasulullah Saw.,” tutur si
pembunuh, “ketika aku dan saudaranya itu memetik
dedaunan dari sebatang pohon, ia mencaci maki dan
menghinaku. Aku tidak tahan mendengar caciannya. Aku
marah dan kupukul kepalanya dengan kapak hingga ia
terbunuh.”
Mendengar jawabannya yang jujur, Rasulullah Saw.
diam sejenak, lalu beberapa saat kemudian berujar,
“Apakah kau punya keluarga yang mungkin bisa
membayar tebusan untuk membebaskanmu?”
“Wahai Rasulullah, di mata keluargaku, aku lebih
hina daripada kapak itu,” jawab si pembunuh.
Rasulullah Saw. menarik napas dalam-dalam. Setelah
itu, beliau menyerahkan kembali tali itu kepada keluarga
si korban seraya berkata, “Terserah kalian, apa yang akan
kalian lakukan terhadap temanmu yang telah membunuh
saudaramu ini.”
Setelah menerima tali pengikat tersebut, keluarga si
korban lalu mohon diri seraya menyeret si pembunuh.
Baru saja beberapa langkah ia berlalu dari hadapan
Rasulullah Saw., beliau berkata kepada para sahabat
yang hadir kala itu, “Jika ia membunuh si pembunuh itu
maka ia sama dengannya.
Ternyata orang yang sedang menyeret si pembunuh
itu mendengar ucapan Rasulullah Saw. itu sehingga ia
menghentikan langkahnya, berbalik mendekati Rasulullah
dan berkata, “Wahai Rasulullah, barusan aku mendengar
ucapanmu: ‘Jika ia membunuh si pembunuh itu maka
ia sama dengannya.’ Kini, aku serahkan sepenuhnya
persoalan ini kepadamu, ya Rasulullah.”
Mendengar ucapannya, Rasulullah Saw. diam dan
termenung. Beberapa saat kemudian beliau berkata
kepada saudara si korban, “Maukah kau jika pembunuh
ini memikul dosamu dan dosa saudaramu yang
terbunuh?”
Laki-laki itu termenung mendapat pertanyaan yang
tak terduga itu. Ia diam beberapa lama, sepertinya tak
rela bila si pembunuh dibiarkan hidup. Namun, akhirnya
ia menjawab, “Tentu saja aku mau, wahai Rasulullah!”
“Jika kau membebaskannya maka ia akan memikul
dosamu dan dosa saudaramu yang terbunuh!”
Setelah mendengar penuturan Rasulullah Saw., lakilaki itu pun melepaskan tali yang mengikat si pembunuh
dan membebaskannya pergi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar