Jumat, 07 Februari 2025

76. Kewajiban di Tepi Jalan

 Selepas shalat berjamaah di masjid, Rasulullah 

Saw. menggelar pertemuan dengan para sahabat, 

termasuk di antaranya Abu Hurairah. Pada pertemuan 

itu, Rasulullah Saw. menasihati mereka agar jangan 

suka berkerumun di tepi jalan serta mengobrol atau 

ngerumpi tanpa arah. Beliau berbicara tentang hal itu 

karena melihat banyak di antara mereka yang sering 

melakukannya. “Hindarilah duduk di tepi jalan,” pesan 

Rasulullah Saw. kepada mereka.

Para sahabat terdiam mendengar pesan itu, terutama 

mereka yang tinggal di kawasan padat dengan loronglorong yang sempit. Maka, mereka bertanya, “Wahai 

Rasulullah, bagaimana kalau kami terpaksa duduk di tepi 

jalan dan mengobrol di situ?”

“Kalau kalian tidak mendapatkan tempat lain dan 

terpaksa duduk di tepi jalan maka penuhilah kewajiban 

kalian di tepi jalan!” 

“Kewajiban apakah itu, wahai Rasulullah?

Rasulullah Saw. melanjutkan, “Kewajiban kalian 
adalah menundukkan pandangan, menghindarkan 
terjadinya gangguan, menjawab salam, mengajak berbuat 
kebaikan dan mencegah kemungkaran.”
Menundukkan pandangan di jalan merupakan keharusan 
agar kita terhindar dari fitnah dan godaan setan. Allah 
Swt. menjanjikan balasan kebaikan bagi orang yang 
menundukkan pandangan dan menggolongkan perilaku 
itu sebagai ibadah. Orang yang melakukannya akan 
merasakan manisnya keimanan dalam hati (HR Ahmad). 
Dikisahkan bahwa Fadhl ibn Abbas r.a. pernah 
membonceng Rasulullah Saw. pada hari penyembelihan 
(di musin haji) dari Muzdalifah menuju Mina. Lalu, 
lewatlah beberapa wanita yang berada dalam sekedup 
unta. Saat mereka melintas, kontan Fadhl memandang 
ke arah mereka, tetapi cepat-cepat Rasulullah Saw. 
memalingkan kepala Fadhl ke arah lain.
Itulah beberapa adab di tepi jalan dan di dalam 
perjalanan. Sepatutnya kita selalu menundukkan 
pandangan ketika melihat atau berpapasan dengan lawan 
jenis yang bukan mahram, bahkan sekalipun orang itu 
adalah orang buta.

Dikisahkan bahwa suatu ketika Ummu Salamah 
dan Maimunah sedang bersama Rasulullah Saw., lalu 
datanglah Abdullah ibn Ummi Maktum. Saat itu, telah 
turun perintah berhijab untuk kaum perempuan. Maka, 
Rasulullah Saw. berkata kepada keduanya, “Tutuplah 
(hijabilah) diri kalian darinya!”
Kedua istri Rasulullah Saw. berkata, “Wahai 
Rasulullah, bukankah ia buta? Ia tidak dapat melihat 
dan mengenali kami?”
“Apakah kalian berdua buta? Bukankah kalian dapat 
melihatnya?” Kemudian Rasulullah Saw. bersabda, “Ada 
tiga mata yang tidak akan melihat neraka: mata yang 
berjaga di jalan Allah Swt., mata yang menangis karena 
takut kepada Allah Swt., dan mata yang terjaga dari 
segala hal yang dilarang Allah Swt.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

115. Kalau bukan surga urusannya, aku pasti mengalah

Pernah mendengar nama Sa'ad bin Khaitsamah? Sa'ad dan ayahnya , Khaitsamah , sama2 gugur dlm pertempuran. Namun berbeda waktu dan te...