Jumat, 07 Februari 2025

75. Tobat yang Diterima

 Ma’iz adalah sahabat Rasulullah Saw. yang masih 

muda dan menikah di Madinah. Suatu hari, setan 

menggodanya sehingga ia jatuh hati pada tetangganya, 

istri seorang Anshar. Mereka kerap berdua-duaan tanpa 

seorang pun mengetahuinya. Lalu, hadirlah setan di 

antara mereka. Setan terus membujuk mereka hingga 

terjadilah perbuatan haram. Setan berhasil menggoda 

mereka dan setelah itu ia pergi meninggalkan mereka.

Ma’iz menangis saat menyadari keburukannya. Ia 

membayangkan dosa yang telah dilakukannya. Ia sangat 

takut terhadap azab Allah. Hidupnya menjadi sangat 

sempit dan sulit. Rasa berdosa terus membakar hatinya. 

Namun, ia tidak berputus asa. Ia segera mendatangi sang 

pengobat hati, berdiri di hadapan beliau, dan berkata 

lirih, “Wahai Rasulullah, orang hina ini telah melakukan 

zina, sucikanlah aku!”

Di luar dugaan, Rasulullah Saw. pergi menghindar 
sehingga Ma’iz mengejar beliau dan berkata, “Wahai 
Rasulullah, aku telah berzina. Sucikanlah aku!” 
Rasulullah Saw. berkata, “Hus, pulanglah kamu, mohon 
ampun kepada Allah, dan bertobatlah kepada-Nya!”
Ma’iz pun pulang. Namun, belum jauh melangkah, ia 
kembali mendatangi Rasulullah Saw. dan berkata, “Wahai 
Rasulullah, sucikanlah aku!” 
“Hus, pulanglah, mohonlah ampunan kepada Allah, 
dan bertobatlah kepada-Nya!”
Belum jauh melangkah, ia kembali lagi dan 
mengatakan perkataan yang sama. 
Maka, Rasulullah Saw. berseru, “Sudahlah! Apakah 
kau tahu apa itu zina?”

Kemudian, beliau menyuruhnya keluar sehingga ia 
pun keluar. Ia kembali datang menemui Rasulullah Saw. 
lebih dari empat kali, sampai-sampai beliau bertanya 
kepada para sahabat, “Apakah ia sakit jiwa?”
Mereka menjawab, “Wahai Rasulullah, setahu kami, 
ia baik-baik saja.”
“Apakah ia minum arak?” tanya Rasulullah Saw. 
lagi. Seorang lelaki berdiri dan mengendus mulut Ma’iz. 
Ternyata, tidak tercium bau arak.
Rasulullah Saw. bertanya, “Tahukah kamu, apa zina itu?”
Ma’iz menjawab, “Ya. Aku mendatangi perempuan 
yang haram untukku seperti aku mendatangi istriku 
sendiri.
“Lantas, apa maumu dengan terus mengatakan yang 
kaukatakan?”
“Aku ingin engkau menyucikan diriku.” 
“Baiklah,” ujar Rasulullah Saw., kemudian memerintah kan para sahabat untuk merajam Ma’iz hingga ia 
meninggal. 
Usai dishalatkan dan dikubur, Rasulullah Saw. beserta 
sebagian sahabat berjalan melewati tempat perajaman. 
Beliau mendengar salah seorang dari mereka berbicara 
kepada temannya, “Lihatlah ini! Allah telah menutupi 
kehormatan orang ini, tetapi nafsunya tidak mau hingga 
ia dirajam seperti anjing.”
Rasulullah Saw. terdiam, lalu berjalan lagi sampai 
melewati bangkai keledai yang telah terbakar matahari, 
tubuhnya menggelembung dan kedua kakinya copot. 
Melihat bangkai itu, beliau bertanya, “Mana si fulan dan 
si fulan?”
Mereka berdua menyahut, “Kami, wahai Rasulullah.”
“Turunlah, lalu makan bangkai keledai ini!” suruh 
Rasulullah Saw.
Keduanya berkata, “Wahai Nabiyullah, semoga Allah 
mengampuni engkau. Siapa yang mau memakan bangkai 
ini!”
Rasulullah Saw. bersabda, “Apa yang kalian katakan 
tadi lebih buruk daripada makan bangkai ini. Saudara 
kalian itu telah mendapat karunia tobat yang besar, 
yang kalau dibagi-bagikan ke seluruh manusia, pasti

Setelah disusui hingga disapih, ia datang lagi 
kepada Rasulullah Saw. dengan membawa anak itu yang 
memegang potongan roti. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, 
inilah anakku. Aku telah menyapihnya dan ia sudah bisa 
makan.”
Maka, Rasulullah Saw. menyerahkan anak itu kepada 
salah seorang Muslim, lalu beliau memerintahkan 
untuk menghukum perempuan itu. Maka, digalilah 
lubang sedalam dada perempuan tersebut dan beliau 
memerintahkan orang-orang untuk merajam sehingga 
mereka pun merajamnya.
Khalid ibn Walid datang membawa batu, lalu 
melempar kepala perempuan itu hingga darahnya 
memerciki wajah Khalid. Kemudian Khalid mencerca 
wanita itu, tetapi Rasulullah Saw. yang mendengar 
cercaannya berkata, “Jangan begitu, Khalid! Demi 
Allah yang diriku berada dalam kuasa-Nya, sungguh 
perempuan itu telah bertobat yang seandainya tobat 
ini dilakukan pemungut harta yang zalim, tentu ia akan 
diampuni.” Kemudian, Rasulullah Saw. memerintahkan 
untuk merawat jenazah perempuan itu dan beliau 
menyalatinya. Setelah itu, jenazahnya dimakamkan 
seperti biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

115. Kalau bukan surga urusannya, aku pasti mengalah

Pernah mendengar nama Sa'ad bin Khaitsamah? Sa'ad dan ayahnya , Khaitsamah , sama2 gugur dlm pertempuran. Namun berbeda waktu dan te...