Rabu, 04 Desember 2024

4. Kisah Suraqah

Suatu pagi para pemuka Quraisy tersentak bangun dari 

tidur mereka. Kabar buruk mengusik ketenangan: 

Muhammad lolos dari kepungan para pemuda Quraisy 

yang berniat membunuhnya. Malam itu Rasulullah Saw. 

dan Abu Bakar telah pergi dari Makkah menuju Madinah. 

Para pemuda yang mengepung rumah Rasulullah 

menyangka beliau masih ada di dalam karena melihat 

seseorang berbaring di atas ranjang beliau. Padahal, itu 

adalah Ali ibn Abi Thalib yang diperintah Rasulullah Saw. 

untuk tidur di atas ranjangnya dan mengenakan selimut 

beliau.

Pagi itu Makkah dilanda kepanikan. Para pemuka 

Quraisy langsung berkumpul dan memerintahkan 

pasukannya pergi mengejar dan mencari Muhammad 

ke segala penjuru, tetapi mereka tak kunjung menemukannya. Para pembesar putus asa, dan akhirnya menggelar sayembara kepada para kabilah yang tersebar 

sepanjang jalan antara Makkah dan Madinah: “Siapa pun

yang berhasil membawa Muhammad hidup atau mati ke 

hadapan para pembesar Quraisy, ia akan diberi hadiah 

sebanyak seratus ekor unta betina terbaik!”

Suraqah ibn Malik yang mendengar sayembara 

itu segera menyiapkan baju besi, pedang, dan pelana 
kudanya. Setelah menyiapkan segala bekal dan 
perlengkapan, ia pacu kudanya sekencang-kencangnya 
menyusul Rasulullah Saw. Memang ia terkenal sebagai 
penunggang kuda yang cekatan. Perawakannya tinggi 
besar dengan sorot mata yang tajam. Ia pun dikenal 
sebagai pencari jejak yang cermat dan berpengalaman. Ia 
lewati dengan tangkas jalan-jalan yang sukar dilalui orang 
biasa. Ia bergerak dengan sangat waspada dan hati-hati. 
Matanya nyalang melihat ke segala arah.
Namun, tanpa diduga, ketika ia memacu kudanya 
dengan kencang, tiba-tiba kaki depan kudanya tersandung 
dan ia jatuh terpental dari punggung kuda.
“Kuda sialan!” serapahnya kesal.
Tanpa pedulikan rasa sakit, ia berdiri dan kembali 
memacu kudanya. Namun, untuk kali kedua, kudanya 
tersandung lagi, melontarkan penunggangnya. Tentu saja 
Suraqah makin kesal. Namun, ia tak berputus asa. Ia 
bangkit lagi dan sigap melompat ke punggung kudanya.
Belum begitu jauh dari tempatnya jatuh, ia melihat 
Rasulullah Saw. berjalan berdua dengan sahabatnya. 
Maka, ia julurkan tangannya untuk mengambil busur. 
Namun, tiba-tiba tangannya kaku tak bisa digerakkan.
Suraqah heran bercampur marah. Tak hanya itu, kini 
kaki kudanya terbenam di pasir. Debu beterbangan di 
sekitarnya membuat matanya kelilipan, nyaris tak bisa 
melihat. Ia berusaha menggerakkan kudanya, tetapi tak 
berhasil. Hewan itu seperti terpancang lekat di bumi.
Suraqah memandang dua laki-laki buruannya itu lalu 
berseru dengan suara memelas, “Hai … kalian berdua! 
Berdoalah kepada Tuhanmu supaya Dia melepaskan kaki 
kudaku. Aku berjanji tidak akan mengganggu kalian!”
Rasulullah Saw. berdoa dan kaki kuda Suraqah 
terlepas dari tanah. Namun, ketamakan memenuhi 
hatinya sehingga ia melanggar janjinya sendiri. Saat 
kudanya kembali bisa bergerak, Suraqah bangkit hendak 
menyerang Rasulullah. Sial, kaki kudanya kembali 
terbenam lebih parah dari semula.
Suraqah memohon belas kasihan kepada Rasulullah, 
“Ambillah perbekalanku, juga harta dan senjataku. Demi 
Allah aku berjanji, akan menyuruh pulang setiap orang 
yang berusaha melacak kalian.”
“Kami tidak butuh perbekalan dan hartamu. 
Cukuplah jika kausuruh kembali orang-orang yang hendak 
melacak dan mengejar kami!” jawab Rasulullah Saw.
Setelah itu, Rasulullah Saw. berdoa, dan kaki 
kuda Suraqah pun terbebas. Saat hendak beranjak 
pergi, Suraqah berkata, “Demi Allah, aku tidak akan 
mengganggumu!
“Apa yang kau inginkan dari kami?” Rasulullah 
bertanya.
“Demi Allah, hai Muhammad! Aku yakin agama 
yang kaubawa akan menang dan engkau mendapatkan 
kekuasaan yang tinggi. Berjanjilah kepadaku, jika kelak 
aku datang ke kerajaanmu, bermurah hatilah kepadaku. 
Tuliskanlah itu untukku!” pinta Suraqah.
Rasulullah Saw. menyuruh Abu Bakar menuliskannya 
pada sepotong tulang, lalu diberikannya kepada Suraqah 
sambil berkata, “Bagaimana hai Suraqah, jika kelak kau 
memakai gelang kebesaran Kisra?”
“Gelang kebesaran Kisra ibn Hormuz?” tanya Suraqah 
takjub.
“Ya, gelang kebesaran Kisra ibn Hormuz!” Rasulullah 
meyakinkan.
Dan, ucapan Rasulullah itu benar-benar menjadi 
nyata di masa akhir kekhalifahan Umar ibn Khaththab 
setelah pasukan Muslim menaklukkan kerajaan Persia di 
bawah pimpinan Kisra ibn Hormuz.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

115. Kalau bukan surga urusannya, aku pasti mengalah

Pernah mendengar nama Sa'ad bin Khaitsamah? Sa'ad dan ayahnya , Khaitsamah , sama2 gugur dlm pertempuran. Namun berbeda waktu dan te...