Rabu, 18 Desember 2024

30. Memenuhi Undangan Tetangga

 Setelah pernikahan Rasulullah Saw. dan Aisyah r.a. 

diresmikan pada tahun kedua Hijriah, pasangan 

suami-istri itu pindah ke rumah (lebih tepatnya bilik) 

baru, yaitu ke salah satu bilik di samping Masjid 

Nabawi yang dibangun Rasulullah Saw. dari tanah liat 

dan beratapkan anyaman pelepah kurma. Tidak ada 

perlengkapan berharga di dalam bilik itu. Di dalamnya 

hanya ada sebuah tempat tidur dari kulit yang disamak, 

diisi bulu, dan di pintu bilik digantungkan tirai dari bulu.

Suatu hari, Rasulullah Saw. sedang bersama Aisyah 

r.a. di rumahnya. Ketika mengetahui bahwa Rasulullah 

Saw. ada di rumah Aisyah r.a., salah seorang tetangganya, 

yang berasal dari Persia dan dikenal piawai memasak 

segera menyiapkan hidangan. Setelah hidangan siap, ia 

lalu menemui dan mengundang Rasulullah Saw. untuk 

menyantap hidangan masakannya. Karena saat itu 

sedang bersama istri tercinta, beliau bertanya kepada

orang Persia itu, “Saudaraku, apakah Aisyah istriku, juga 

diundang?”

“Tidak, wahai Rasulullah,” jawab orang Persia itu. 
Ternyata, ia menyiapkan hidangan itu hanya untuk beliau.
Mendengar jawaban orang Persia itu, Rasulullah 
Saw. berkata kepada sang istri tercinta, “Wahai Aisyah, 
engkau tidak diundang.”
Merasa sungkan menerima undangan tanpa 
mengajak istri tercinta, Rasulullah Saw. lantas menolak 
dengan halus undangan tetangganya itu. 
Merasa ingin sekali rumahnya didatangi Rasulullah 
Saw., orang itu mengundang lagi beliau untuk mencicipi 
hidangan yang telah disiapkan di rumahnya.
Rasulullah Saw. yang tidak biasa menolak undangan, 
bertanya kepada orang Persia itu dengan ramah dan 
santun, “Wahai Saudaraku, apakah Aisyah, istriku, juga 
diundang?”
“Tidak, wahai Rasulullah,” jawaban orang Persia itu 
sama seperti sebelumnya. Ia sama sekali tidak peka 
terhadap perasaan Rasulullah Saw. kepada istrinya 
tercinta. Beliau enggan memenuhi undangan tetangganya 
itu dan meninggalkan istrinya seorang diri di rumah.
Mendengar jawaban tetangga Persia tersebut, 
Rasulullah Saw. berkata kepada sang istri tercinta, “Wahai 
Aisyah, engkau tidak diundang.” Untuk kali kedua, beliau 
pun menolak dengan halus undangan itu. Rasulullah Saw. 
enggan menerima undangan tanpa mengajak Aisyah

Namun, orang Persia ini bersikukuh ingin 
dikunjungi Rasulullah Saw., karena kedatangan beliau 
menjadi kehormatan baginya. Maka, untuk kali ketiga, 
ia mengundang lagi Rasulullah Saw. agar berkenan 
mencicipi hidangan yang telah disiapkannya.
Dan, untuk ketiga kalinya pula Rasulullah Saw. 
bertanya kepada orang Persia itu dengan ramah dan 
santun, “Apakah Aisyah, istriku, juga diundang?”
“Ya, wahai Rasulullah!” Tetangga Persia itu merasa 
bersalah dan menyesali kebodohannya.
Mendengar jawaban si tetangga Persia itu, Rasulullah 
Saw. langsung mengiyakan dan menyatakan akan segera 
mengunjungi rumah tetangganya itu. Beberapa saat 
kemudian, Rasulullah dan istrinya, Aisyah r.a. berjalan 
menuju rumah orang Persia itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

115. Kalau bukan surga urusannya, aku pasti mengalah

Pernah mendengar nama Sa'ad bin Khaitsamah? Sa'ad dan ayahnya , Khaitsamah , sama2 gugur dlm pertempuran. Namun berbeda waktu dan te...