Rabu, 19 Maret 2025

95. Perbanyak Amal Sebelum Ajal

Ketika salah seorang sahabatnya meninggal, 

Rasulullah Saw. mengantarkan jenazahnya hingga 

pemakaman. Pulang dari pemakaman, Rasulullah 

Saw. melayat keluarga almarhum. Beliau menghibur mereka dan berpesan agar tetap bersabar dan tawakal 

menghadapi musibah itu. 

“Apakah sebelum meninggal, almarhum mewasiatkan sesuatu?” tanya Rasulullah Saw.

“Aku mendengar ia mengatakan sesuatu di antara napasnya yang tersengal-sengal menjelang ajal,” jawab 

istrinya.

“Apa yang dikatakannya?” 

“Aku tidak tahu, wahai Rasulullah. Apakah ucapannya itu sekadar rintihan sebelum meninggal, ataukah ia 

kesakitan karena dahsyatnya sakratulmaut. Aku tidak 

bisa menangkap ucapannya lantaran terputus-putus.”

“Apa yang ia ucapkan?


“Ia mengatakan, ‘Andai lebih lama lagi …. Andai 

yang masih baru …. Andai semuanya ….’ Hanya kata-kata itu yang tertangkap telingaku. Sungguh aku tidak tahu 

maksudnya.”

Rasulullah Saw. tersenyum, lalu bersabda, “Sungguh, 

ucapan suamimu itu benar adanya. Begini ceritanya. Suatu hari, ia berjalan cepat ke masjid untuk menunaikan 

shalat Jumat. Di tengah jalan, ia berjumpa dengan orang buta yang juga hendak ke masjid. Orang buta itu berjalan tersandung-sandung karena tidak ada yang 

menuntun. Maka, suamimu membimbingnya sampai ke masjid. Ketika hendak mengembuskan napas terakhirnya, ia melihat pahala amal salehnya itu sehingga ia berkata, 

‘Andai lebih lama lagi .…’ Maksudnya, seandainya dulu ia menuntun orang buta itu lebih lama lagi, pasti pahalanya lebih besar.”

“Terus, ucapannya yang lain, ya Rasulullah?” tanya si istri penasaran.

“Kalimatnya yang kedua ia ucapkan karena suatu hari ia pergi ke masjid pagi-pagi di tengah cuaca yang sangat dingin. Di tepi jalan, ia melihat seorang laki-laki tua duduk dengan tubuh menggigil. Hampir saja, orang tua itu mati kedinginan. Kebetulan, suamimu mengenakan 

dua buah mantel: yang lama dan yang baru. Ia mencopot mantelnya yang lama, lalu memberikannya kepada lelaki tua itu, dan ia sendiri mengenakan mantel yang baru. 

Nah, menjelang kematiannya, suamimu melihat balasan amal salehnya itu. Ia menyesal dan berkata, ‘Andai yang 

masih baru yang kuberikan kepadanya, pasti pahalaku 

jauh lebih besar.’”

“Kemudian, ucapannya yang ketiga, apa maksudnya, wahai Rasulullah?” 

“Apakah kau masih ingat, suatu hari suamimu datang dalam keadaan sangat lapar dan minta disediakan makanan? Kau pun bergegas menghidangkan sepotong roti yang telah dicampur daging dan mentega. Namun, 

saat hendak memakannya, tiba-tiba seseorang mengetuk 

pintu dan meminta makanan. Suamimu lantas membagi 

rotinya menjadi dua potong. Sepotong diberikan kepada 

musafir itu dan sepotong lainnya ia makan sendiri. 

Menjelang wafat, suamimu menyaksikan betapa besar pahala amalnya itu sehingga ia menyesal dan berkata, 

‘Kalau aku tahu begini hasilnya, musafir itu tidak hanya kuberi separo. Sebab, andai semuanya kuberikan 

kepadanya, sudah pasti pahalaku akan berlipat ganda.’”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

115. Kalau bukan surga urusannya, aku pasti mengalah

Pernah mendengar nama Sa'ad bin Khaitsamah? Sa'ad dan ayahnya , Khaitsamah , sama2 gugur dlm pertempuran. Namun berbeda waktu dan te...