Suatu hari seorang laki-laki datang menemui Rasulullah Saw. untuk menyatakan keislamannya. Setelah
mengucapkan dua kalimat syahadat, ia berkata, “Wahai Rasulullah, sebenarnya aku orang yang selalu berbuat dosa dan merasa sangat susah meninggalkannya.”
Rasulullah Saw. berujar, “Maukah kau berjanji
kepadaku untuk meninggalkan dusta?”
“Ya, aku berjanji,” jawab lelaki itu, “apakah hanya itu yang harus kulakukan?!” “Ya, benar,” jawab Rasulullah Saw.
“Kalau hanya meninggalkan dusta, itu mudah sekali. Aku bisa melakukannya,” pikir lelaki itu ketika beranjak
pergi meninggalkan Rasulullah Saw. dan pulang ke rumahnya.
Memang, riwayat menuturkan bahwa sebelum memeluk Islam ia dikenal sebagai orang jahat. Kegemarannya adalah mencuri, berjudi, dan mabuk.
Maka, setelah memeluk Islam, ia berupaya meninggalkan segala keburukan itu. Karena itulah, ia menemui
Rasulullah Saw. dan meminta nasihat beliau.
Dalam perjalanan pulang ke rumah, laki-laki ini
berpikir, “Rasanya berat juga meninggalkan kebiasaan berbohong seperti yang dikehendaki Rasulullah itu.”
Benar saja, setiap kali muncul dorongan untuk
melakukan kejahatan, hatinya berbisik, “Jika kau berani berbuat jahat lagi, apa yang akan kaukatakan ketika
Rasulullah bertanya kepadamu? Apakah kau akan berbohong kepadanya?”
Setiap kali hendak berbuat jahat, ia ingat pesan Rasulullah Saw. dan hati kecilnya berbisik, “Kalau
aku berbohong kepada Rasulullah, berarti aku telah mengkhianati janjiku. Sebaliknya, jika jujur, berarti aku akan menerima hukuman karena aku telah menjadi
Muslim. Oh Tuhan … sungguh dalam pesan Rasulullah itu terkandung hikmah yang sangat agung.”
Setelah sekian lama berjuang melawan dorongan nafsunya, akhirnya ia bisa meninggalkan kebiasaan
jahatnya.
Sejak ia mendapat nasihat Rasulullah itu, ia telah memulai babak baru dalam kehidupannya. Ya, ia telah berhijrah dari kejahatan menuju kemuliaan hidup seperti
yang digariskan Rasulullah Saw. hingga ia benar-benar berubah menjadi Muslim yang saleh dan mulia.
Dalam riwayat lain, Rasulullah Saw.berpesan
kepada para sahabatnya, “Hendaklah kalian selalu
jujur. Kejujuran akan menunjukkan seseorang kepada kebaikan dan kebaikan akan menuntun pelakunya menuju surga. Sebaliknya, jauhilah perkataan bohong.
Sebab, kebohongan akan menunjukkan seseorang pada kejahatan, dan kejahatan akan menuntun pelakunya
menuju neraka.”
Dalam redaksi lain dikatakan, “Sesungguhnya jujur
itu akan membawa pelakunya menuju kebaikan, dan kebaikan akan membawanya menuju surga. Sungguh,
seseorang yang berlaku jujur akan ditetapkan di sisi Allah sebagai “shiddîq” (orang jujur). Sesungguhnya
kebohongan itu akan membawa pelakunya menuju kejahatan, dan kejahatan akan membawanya menuju
neraka. Sungguh, seseorang yang suka bohong akan
ditetapkan di sisi Allah sebagai “kadzdâb” (pembohong)”
(HR Muslim).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar