Betapa senang Abu Usaid di hari itu, karena ia baru
saja dikaruniai oleh Allah Swt. seorang putra. Saat
bayinya lahir dengan selamat, Abu Usaid langsung ingat
apa yang dilakukan Al-Zubair ibn Al-Awwam dan istrinya,
Asma binti Abu Bakar. Suami-istri ini dikaruniai seorang
putra bernama Abdullah, yang kelahirannya disambut
penuh suka cita oleh kaum Muslim. Mereka bergembira
karena kelahiran Abdullah mematahkan ramalan yang
disebarluaskan kaum Yahudi bahwa kaum Muslim tidak
akan pernah memiliki keturunan selama menetap di
Madinah.
Abu Usaid pun ingat bagaimana pasangan itu
membawa bayi mereka kepada Rasulullah Saw. agar
beliau menyuapkan makanan awal dari kunyahan beliau
kepada bayi mereka, kemudian memberinya nama yang
indah.
Maka, Abu Usaid bergegas membawa bayinya
kepada Rasulullah Saw. Kebetulan saat itu beliau sedang
ada di masjid bersama para sahabat. Betapa gembira
beliau melihat Abu Usaid yang datang membawa
bayinya. Rasulullah Saw. langsung mengambil bayi itu
dan meletakkan di pangkuannya, sedangkan Abu Usaid
duduk di samping beliau.
Namun, tidak lama kemudian tiba-tiba Rasulullah
Saw. menyerahkan kembali sang bayi kepada Abu Usaid.
Beliau berdiri dan meninggalkan masjid menuju rumah
salah seorang istrinya. Tentu saja, Abu Usaid bingung
melihat tindakan beliau. Ia tidak tahu apa yang terjadi
dan apa yang beliau kehendaki. Ia terpaku diam ketika
salah seorang sahabat menggendong bayinya.
Belum lenyap kebingungannya, tiba-tiba Rasulullah
Saw. datang lagi ke masjid, mendekatinya, dan berkata,
“Wahai Abu Usaid, di mana bayi tadi?”
“Itu, wahai Rasulullah,” ujar Abu Usaid.
Setelah menerima kembali bayi itu, Rasulullah Saw.
menyuapinya dengan kunyahan kurma yang beliau
ambil dari rumah salah seorang istri beliau, kemudian
mengusap bayi itu dan mendoakannya.
“Siapa nama bayi ini?” tanya Rasulullah Saw.
“Fulan, wahai Rasulullah,” jawab Abu Usaid.
“Jangan! Berilah ia nama ‘Al-Mundzir’,” saran
Rasulullah Saw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar