Rabu, 04 Desember 2024

2.Tawasul dengan Calon Rasul

 Suatu saat Makkah dilanda kekeringan yang hebat. 

Tumbuh-tumbuhan meranggas kering. Hewan ternak 

kurus-kurus tak bersusu. Sebagian orang mulai dilanda 

kelaparan. Maka, para pemuka Quraisy berkumpul dan 

berunding. Seorang di antara mereka berkata, “Mintalah 

pertolongan kepada Latta dan Uzza.” 

Seseorang menimpali, “Tidak, mintalah perlindungan 

kepada Manat, dewa yang ketiga!”

Setelah lama berunding dan berdebat tanpa 

hasil, seorang laki-laki bernama Waraqah ibn Naufal, 

paman Khadijah binti Khuwailid, berkata, “Aku berasal 

dari kabilah Naufal. Di antara kalian ada orang yang 

merupakan keturunan Ibrahim dan Ismail. Kusarankan, 

mintalah bantuan kepadanya.” 

Orang-orang berkata, “Apakah yang kau maksud 

adalah Abu Thalib?” 

“Ya, mintalah bantuan kepadanya.

Mereka menyetujui sarannya dan beranjak pergi 

menemui Abu Thalib yang baru saja keluar dari 

rumahnya mengenakan jubah kuning. Mereka berkata, 

“Hai Abu Thalib, lembah sudah mengering dan makhluk 

Allah dilanda dahaga. Bangunlah dan mohonkan hujan 

untuk kami!” 

Abu Thalib berkata, “Tunggulah sampai matahari 

tergelincir dan angin mereda.”

Saat matahari hampir tergelincir, Abu Thalib keluar 

bersama seorang anak muda dengan wajah cemerlang 

seperti matahari di waktu duha, tetapi teduh seperti

dinaungi awan. Ialah Muhammad. Ia sandarkan 

punggungnya pada dinding Ka‘bah. Sambil memegang 

anak muda itu, Abu Thalib mengangkat tangan, berdoa 

memohon turunnya hujan: “Turunkanlah hujan kepada 

kami, wahai Tuhan kami. Kami ber-tawasul kepada-Mu 

dengan anak yang penuh berkah ini.”

Waktu itu langit bening seperti kaca. Tak ada awan. 

Setelah Abu Thalib berdoa, awan berhimpun. Datang 

bergulung-gulung dari pelbagai penjuru. Tak lama, 

suara halilintar menggelegar bersahutan, dan hujan pun 

mengguyur Makkah dan sekitarnya dengan sangat deras. 

Abu Thalib memuji anak muda itu, menyenandungkan 
puisinya yang terkenal:

 Awan diharapkan turunkan hujan
 Melalui wajahnya yang cemerlang
 Pelindung yatim, pelindung janda
 Kepadanya bernaung keluarga Hasyim yang malang
 Di sisinya mereka dapatkan kenikmatan dan 
 kemuliaan.

Kira-kira 30 tahun setelah peristiwa itu, seorang Arab 
Badui tergopoh-gopoh menemui Rasulullah Saw. di 
Madinah. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, kami datang 
menemuimu karena unta-unta kami tak lagi bisa 
melangkah dan bayi-bayi kami enggan menyusu. 
Kemudian, ia lantunkan syair:

Kami lihat dada perawan tampakkan uratnya
     Para ibu baru tak lagi menghiraukan bayinya
     Dengan tangan menadah,
     pemuda datang merendah
     Tubuhnya lunglai dan lemah 
     Mulutnya membisu dan pedar.

     Di rumah-rumah kami tak tersisa lagi makanan 
     Selain hanzal dan bulir kasar bercampur bulu.

     Bagi kami, selain dirimu, 
     Tak ada lagi tempat berlari
     Ke mana lagi manusia pergi
     Kecuali kepada sang utusan

Usai laki-laki itu menyampaikan keluhannya, Rasulullah 
Saw. berdiri, mengenakan serbannya, dan naik ke 
mimbar. Beliau tadahkan kedua tangannya ke langit dan 
berdoa: “Ya Allah, turunkan kepada kami hujan deras 
melimpah, dengan segera tidak tertunda, berguna tidak 
berbahaya sehingga payudara dipenuhi susu, tanaman 
tumbuh subur, dan bumi hidup lagi setelah kematiannya.” 

     Anas r.a. yang meriwayatkan hadis ini berkata, “Demi 
Allah, tangan Rasulullah Saw. belum lagi turun, dan 
langit sudah mencurahkan hujannya.” Penduduk lembah 
berteriak, “Wahai Rasulullah, banjir, banjir!”

     Maka, Rasulullah Saw. berdoa, “Ya Allah, berkatilah 
kami. Jangan siksa kami.” 

     Tiba-tiba awan berpencar ke berbagai arah, 
melingkari Madinah seperti mahkota. Rasulullah Saw. 
tertawa hingga tampak gusinya, dan berkata, “Ya Allah, 
aku teringat lagi kepada Abu Thalib. Sekiranya ia hidup, 
pasti bahagia hatinya. Siapakah yang mau membacakan 
puisinya bagiku?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

115. Kalau bukan surga urusannya, aku pasti mengalah

Pernah mendengar nama Sa'ad bin Khaitsamah? Sa'ad dan ayahnya , Khaitsamah , sama2 gugur dlm pertempuran. Namun berbeda waktu dan te...