Rabu, 04 Desember 2024

12. Makar yang Terbongkar

Suatu hari, usai Perang Badar, di hadapan kaum 

Quraisy Makkah, Abu Sufyan berkata, “Mengapa 

tidak ada orang yang mau membunuh Muhammad 

ketika ia berjalan-jalan di pasar? Kita harus menuntut 

balas!” Seorang Arab pedalaman mendatangi Abu Sufyan 

di rumahnya dan berkata, “Jika kau mau memberiku 

bekal, aku akan membunuh Muhammad. Aku pandai 

menemukan jalan-jalan rahasia ke Madinah. Aku pun 

sangat mahir mengenal arah, dan pisauku pun selalu 

terasah tajam.”

Tentu saja Abu Sufyan sangat senang dan berkata, 

“Engkau sahabatku.” 

Lalu, ia memberinya unta dan perbekalan. Tak lupa, 

Abu Sufyan juga berbisik, “Rahasiakan perjanjian ini. 

Aku tidak mau seorang pun mendengarnya. Aku takut 

seseorang menyampaikannya kepada Muhammad.” 

Orang Arab itu berjanji, “Ya, aku berjanji. Tidak akan 

ada seorang pun yang mengetahuinya.


Selanjutnya, ia berangkat menuju Madinah. Setelah 

seminggu perjalanan, ia tiba di Madinah. Ia mencari 

Rasulullah Saw. dan melihatnya sedang bersama para 

sahabat di masjid. Maka, dengan hati-hati ia memasuki 

masjid. Saat Rasulullah Saw. melihatnya, beliau berkata 

kepada para sahabat, “Orang ini bermaksud buruk, 
tetapi Allah akan menghalanginya dari apa yang 
direncanakannya.” 
Setelah berada di dalam masjid, orang Arab itu 
bertanya, “Manakah anak Abdul Muthalib?”
“Aku, anak Abdul Muthalib,” jawab Rasulullah Saw. 
tenang.
Orang Arab ini mendekati Rasulullah Saw., lalu 
merunduk ke arah sebelah kiri beliau. Usaid ibn 
Khudhair, seorang Anshar, bangkit dari duduknya dan 
membentaknya, “Jangan dekati Rasulullah!” Ia sentakkan 
sesuatu dari dalam baju orang itu dan merampas 
pisaunya. 
Rasulullah Saw. berkata, “Memang, ia punya niat 
buruk.” Dalam cengkeraman Usaid, laki-laki itu merengek, 
“Lindungilah darahku, wahai Muhammad!”
Rasulullah Saw. bertanya, “Jawablah dengan jujur. 
Saat ini, hanya kejujuran yang bisa menyelamatkanmu. 
Jangan berdusta, karena aku sudah mengetahui apa yang 
kaurencanakan!”
“Apakah aku akan dilindungi?”
“Ya, kau aman.
Maka, ia menceritakan perjanjiannya dengan 
Abu Sufyan untuk pergi ke Madinah dan membunuh 
Rasulullah. Setelah itu, beliau menyuruh Usaid untuk 
menahan dan mengawasi laki-laki itu. Keesokan harinya, 
Rasulullah Saw. memanggil orang Arab itu dan berkata, 
“Aku sudah memberikan perlindungan kepadamu. 
Sekarang, pergilah ke mana pun yang kau suka atau 
pilihlah yang paling baik untukmu.”
“Apakah yang paling baik untukku?”
“Ucapkanlah: ‘Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan 
selain Allah dan bahwa aku adalah utusan-Nya.’”
“Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah 
dan bahwa engkau adalah utusan-Nya. Aku yakin, kau 
dalam kebenaran dan pasukan Abu Sufyan adalah 
pasukan setan.”
Orang Arab itu sempat tinggal di Madinah beberapa 
hari, kemudian Rasulullah Saw. mengizinkannya pergi. 
Sejak hari itu, tidak ada yang mengetahui keberadaan 
laki-laki itu. Usai kejadian ini, Rasulullah Saw. mengutus 
dua orang untuk membunuh Abu Sufyan. Sayang, karena 
ceroboh, keduanya gagal menjalankan tugas, bahkan 
mereka nyaris terbunuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

115. Kalau bukan surga urusannya, aku pasti mengalah

Pernah mendengar nama Sa'ad bin Khaitsamah? Sa'ad dan ayahnya , Khaitsamah , sama2 gugur dlm pertempuran. Namun berbeda waktu dan te...