Suatu hari, usai Perang Badar, di hadapan kaum
Quraisy Makkah, Abu Sufyan berkata, “Mengapa
tidak ada orang yang mau membunuh Muhammad
ketika ia berjalan-jalan di pasar? Kita harus menuntut
balas!” Seorang Arab pedalaman mendatangi Abu Sufyan
di rumahnya dan berkata, “Jika kau mau memberiku
bekal, aku akan membunuh Muhammad. Aku pandai
menemukan jalan-jalan rahasia ke Madinah. Aku pun
sangat mahir mengenal arah, dan pisauku pun selalu
terasah tajam.”
Tentu saja Abu Sufyan sangat senang dan berkata,
“Engkau sahabatku.”
Lalu, ia memberinya unta dan perbekalan. Tak lupa,
Abu Sufyan juga berbisik, “Rahasiakan perjanjian ini.
Aku tidak mau seorang pun mendengarnya. Aku takut
seseorang menyampaikannya kepada Muhammad.”
Orang Arab itu berjanji, “Ya, aku berjanji. Tidak akan
ada seorang pun yang mengetahuinya.
Selanjutnya, ia berangkat menuju Madinah. Setelah
seminggu perjalanan, ia tiba di Madinah. Ia mencari
Rasulullah Saw. dan melihatnya sedang bersama para
sahabat di masjid. Maka, dengan hati-hati ia memasuki
masjid. Saat Rasulullah Saw. melihatnya, beliau berkata
kepada para sahabat, “Orang ini bermaksud buruk,
tetapi Allah akan menghalanginya dari apa yang
direncanakannya.”
Setelah berada di dalam masjid, orang Arab itu
bertanya, “Manakah anak Abdul Muthalib?”
“Aku, anak Abdul Muthalib,” jawab Rasulullah Saw.
tenang.
Orang Arab ini mendekati Rasulullah Saw., lalu
merunduk ke arah sebelah kiri beliau. Usaid ibn
Khudhair, seorang Anshar, bangkit dari duduknya dan
membentaknya, “Jangan dekati Rasulullah!” Ia sentakkan
sesuatu dari dalam baju orang itu dan merampas
pisaunya.
Rasulullah Saw. berkata, “Memang, ia punya niat
buruk.” Dalam cengkeraman Usaid, laki-laki itu merengek,
“Lindungilah darahku, wahai Muhammad!”
Rasulullah Saw. bertanya, “Jawablah dengan jujur.
Saat ini, hanya kejujuran yang bisa menyelamatkanmu.
Jangan berdusta, karena aku sudah mengetahui apa yang
kaurencanakan!”
“Apakah aku akan dilindungi?”
“Ya, kau aman.
Maka, ia menceritakan perjanjiannya dengan
Abu Sufyan untuk pergi ke Madinah dan membunuh
Rasulullah. Setelah itu, beliau menyuruh Usaid untuk
menahan dan mengawasi laki-laki itu. Keesokan harinya,
Rasulullah Saw. memanggil orang Arab itu dan berkata,
“Aku sudah memberikan perlindungan kepadamu.
Sekarang, pergilah ke mana pun yang kau suka atau
pilihlah yang paling baik untukmu.”
“Apakah yang paling baik untukku?”
“Ucapkanlah: ‘Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan
selain Allah dan bahwa aku adalah utusan-Nya.’”
“Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah
dan bahwa engkau adalah utusan-Nya. Aku yakin, kau
dalam kebenaran dan pasukan Abu Sufyan adalah
pasukan setan.”
Orang Arab itu sempat tinggal di Madinah beberapa
hari, kemudian Rasulullah Saw. mengizinkannya pergi.
Sejak hari itu, tidak ada yang mengetahui keberadaan
laki-laki itu. Usai kejadian ini, Rasulullah Saw. mengutus
dua orang untuk membunuh Abu Sufyan. Sayang, karena
ceroboh, keduanya gagal menjalankan tugas, bahkan
mereka nyaris terbunuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar