Seperti halnya yang ia sarankan kepada Abu Bakar, setelah diba'iat sebagai khalifah, Umar tidak mungkin tetap berdagang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Karena itu ia mengumpulkan masyarakat Madinah seraya berkata pada mereka, "Dahulu aku berdagang untuk memenuhi kebutuhan keluargaku, sekarang kalian telah memberiku kesibukan dalam menangani urusan ini, bagaimana aku akan memenuhi kebutuhan hidup keluargaku?"
Merekapun setuju memberikan tunjangan kepada Umar sebagaimana dahulu diberikan kepada Abu Bakar, tetapi berbagai usulan yang berbeda muncul dalam menentukan jumlahnya. Setelah berbagai perbedaan pendapat tanpa kepastian, Umar berpaling kepada Ali bin Abi Thalib, "Bagaimana pendapatmu, wahai Ali?"
"Ambillah uang sekedar yang bisa memenuhi mencukupi kebutuhan keluargamu!!" Kata Ali.
Dengan senang hati, Umar menerima usulan Ali ini. Berlalulah waktu, Islam memperoleh kejayaan dimana-mana sehingga harta benda mengalir ke Madinah memenuhi Baitul Mal. Beberapa sahabat, di antaranya Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah termasuk Ali bin Abi Thalib berkumpul dalam satu majelis untuk mengusulkan kenaikan tunjangan bagi Umar, karena tunjangan tersebut dinilai terlalu kecil, terlebih jika melihat begitu banyaknya kekayaan negara dalam Baitul Mal.
Kesepakatan tercapai, tetapi mereka takut untuk menyampaikan hal ini pada Umar. Karena itu mereka meminta tolong kepada Hafshah Radhiyallahu ‘Anha, putri Umar yang juga Istri Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, untuk menyampaikan usulan ini pada Umar, tetapi mereka berpesan agar merahasiakan nama-nama mereka. Ketika Hafshah mengemukakan usul ini, Umar menjadi marah.
"Siapa yang mengajukan usul tersebut?" Kata Umar dengan nada tinggi.
"Bagaimana pendapat dulu, ayah?" Kata Hafshah mengelak, karena ia telah berjanji untuk merahasiakannya.
"Seandainya aku tahu nama-nama mereka, niscaya aku pukul wajahnya," Kata Umar,
"Katakan padaku Hafshah, apakah pakaian terbaik Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam yang ada di rumahmu?"
"Sepasang pakaian berwarna merah, yang dipakai pada hari Jum'at dan ketika menerima tamu…"
"Makanan apa yang paling lezat, yang pernah dimakan Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam di rumahmu?" Tanya Umar lagi.
"Roti yang terbuat dari tepung kasar, yang dicelup ke dalam minyak. Suatu kali saya oleskan sisa-sisa mertega, dan beliau memakannya penuh nikmat dan membagi-bagikannya pada orang lain…"
"Alas tidur apa yang paling baik, yang pernah dipakai Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam di rumahmu?" Tanya Umar lagi.
"Sehelai kain tebal, yang pada musim panas dilipat empat, dan pada musim dingin dilipat dua, separuh dijadikan alas tidur, dan separuhnya lagi untuk selimut…" Kata Hafshah.
Umar kemudian berkata, "Sekarang pergilah, katakan pada mereka Rasulullah telah mencontohkan pola hidup seperti ini dan aku mengikuti beliau. Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, Abu Bakar dan aku bagaikan tiga orang musafir yang menempuh suatu jalan. Musafir pertama telah sampai dengan perbekalannya, musafir kedua telah mengikuti jejak musafir pertama. Dan yang ketiga ini baru saja memulai perjalanannya, kalau ia mengikuti jejak keduanya, ia akan sampai kepada mereka, jika tidak maka ia tidak akan pernah bertemu mereka lagi."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar