Rabu, 04 Desember 2024

14. Allah Memelihara Rasul-Nya

 Suatu hari dua pemuka kafir Quraisy duduk 

berbincang-bincang di samping Ka‘bah. Mereka 

adalah Shafwan ibn Umayyah dan Umair ibn Wahab. 

Dengan sangat hati-hati Shafwan berkata, “Hai Umair, 

Muhammad telah membunuh ayah, paman, dan saudara 

kita dalam Perang Badar. Apakah kau siap pergi ke 

Madinah dan membunuhnya?”

“Aku ingin melakukannya, tetapi bagaimana dengan 

keluargaku jika aku mati atau tertangkap?” tanya Umair 

bimbang.“Tenang saja. Demi Latta dan Uzza, akulah yang 

akan menjaga anak-anak dan keluargamu. Aku akan 

memenuhi kebutuhan mereka. Aku binasa jika mereka 

binasa. Darah mereka adalah darahku. Hidup mereka 

adalah hidupku. Begitu juga mati mereka adalah matiku,” 

sumpah Shafwan.Umair berkata, “Baiklah kalau begitu, aku siap membunuhnya. Besok aku akan pergi ke Madinah. Aku

minta, jangan bocorkan rencana ini kepada siapa pun. 
Hanya kita berdua yang tahu.”
“Ya, aku tidak akan mengatakannya kepada siapa 
pun.”
Setelah bersepakat dan berjabat tangan, Umair 
beranjak pergi meninggalkan Shafwan. Ia segera 
mempersiapkan hewan tunggangan dan perbekalan 
untuk pergi ke Madinah. Tidak lupa, ia baluri pedangnya 
dengan racun yang mematikan hingga pedang yang 
mengilap itu berubah warna menjadi abu-abu kehitaman.
Keesokan harinya, Umair pergi ke Madinah untuk 
melampiaskan dendamnya yang membara. Ia akan 
mencari Muhammad dan menebaskan pedangnya ke 
tubuh beliau. Tentu saja tidak tebersit sedikit pun 
dalam pikirannya bahwa Allah bersama hamba-Nya yang 
beriman dan bertakwa.
Ia sama sekali tidak tahu bahwa saat keduanya 
merundingkan rencana jahat itu, Allah Swt. mewahyukan 
kepada Rasulullah Saw. tentang apa yang mereka 
rencanakan di samping Ka‘bah.
Setelah menempuh perjalanan jauh yang melelahkan, 
Umair tiba di Madinah. Tanpa buang waktu, ia segera 
mencari-cari Rasulullah Saw., tak sabar untuk segera 
menebaskan pedang beracunnya pada tubuh beliau. 
Setelah berkeliling ke sana kemari dan tidak menemukan
Rasulullah, Umair berjalan menuju Masjid Nabawi. 
Namun, Umar ibn Khaththab melihatnya dan mencurigai 
gerak-geriknya sehingga ia langsung menghunus 
pedangnya dan menghadang Umair.
Umar menanyai maksud kedatangannya ke Madinah. 
Karena gerak-gerik dan jawabannya mencurigakan, Umar 
meringkus dan menyeretnya ke hadapan Rasulullah Saw. 
yang tengah berada di masjid.
Rasulullah bertanya menyelidik, “Hai Umair, apa 
tujuanmu datang ke sini?”
“Aku datang untuk menebus kerabatku yang 
tertangkap dalam Perang Badar,” kilahnya.
“Kamu dusta! Sepuluh hari yang lalu kau dan 
Shafwan duduk di samping Ka‘bah merencanakan 
keburukan terhadapku. Shafwan berkata kepadamu 
begini dan begini. Kau bilang kepadanya anu dan anu. 
Aku tahu, saat ini kau datang untuk membunuhku! 
Sungguh, Allah tidak akan menguasakanmu untuk 
membunuhku.”
Tentu saja Umair terkesiap mendengar ucapan 
Rasulullah. Sebab, rencana mereka itu sangat rahasia. 
Hanya ia dan Shafwan yang mengetahuinya. 
Umair bertanya, “Dari mana engkau mengetahui 
kejadian yang sebenarnya antara aku dan Shafwan?”
“Allah Yang Mahatahu telah mengabarkannya 
kepadaku,” jawab Rasulullah Saw.
Sadarlah Umair bahwa Muhammad benar-benar 
utusan Allah. Maka, tanpa ragu lagi ia mengucapkan 
dua kalimat syahadat: “Asyhadu an lâ ilâha illallâh, wa 
asyhadu annaka Rasûlullâh! (Aku bersaksi bahwa tidak 
ada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa engkau 
adalah utusan Allah.” Kelak, beberapa tahun kemudian, Shafwan ibn Umayyah pun memeluk Islam. Kisahnya bermula ketika ia dan Rasulullah Saw. melihat-lihat pampasan perang berupa binatang ternak. Shafwan memandangi ternak (ganimah) yang memenuhi celah bukit. Rasulullah Saw. memperhatikannya, lalu bertanya, “Hai Abu Wahab, sepertinya kau sangat takjub melihat hewan ternak yang memenuhi celah bukit itu?” 
“Ya.”Maka, Rasulullah Saw. berkata, “Seluruh ternak itu 
untukmu beserta apa yang ada di celah bukit itu.” 
Mendengar ujaran Rasulullah Saw., kontan saja Shafwan 
merasa senang bukan kepalang, lalu berkata, “Tidak 
mungkin seseorang memberikan (harta) sebanyak ini, 
kecuali seorang Nabi. Aku bersaksi, tidak ada tuhan 
selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah 
hamba dan Rasul-Nya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

115. Kalau bukan surga urusannya, aku pasti mengalah

Pernah mendengar nama Sa'ad bin Khaitsamah? Sa'ad dan ayahnya , Khaitsamah , sama2 gugur dlm pertempuran. Namun berbeda waktu dan te...